Liputan6.com, Bandung - Calon Presiden nomor urut 1, Joko Widodo atau Jokowi menemui sejumlah calon legislatif (caleg) DPR RI, DPRD Tingkat 1 dan Tingkat 2 dari partai koalisi di Bandung, Jawa Barat.
Jokowi yang menumpang mobil Innova hitam dengan pelat nomor E 1363 CF tiba di Hotel Grand Asrilia, Bandung pada Sabtu (10/11/2018), pukul 13.30 WIB. Demikian dilansi dari Antara.
Advertisement
Dia didampingi Ketua Tim Kampanye Nasional Erick Thohir, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Moeldoko, dan Ketua Tim Kampanye Daerah Dedi Mulyadi.
Selain itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama kader Partai Golkar Agus Gumiwang juga turut dalam acara itu. Capres nomor urut 1 itu mengenakan kaos berwarna abu-abu dan disambut para kader partai koalisi ketika tiba di ruang pertemuan.
Sorakan menyebut nama Jokowi pun menggema di ruangan tersebut.
Sejumlah kader partai koalisi juga berebut, baik jabatan tangan maupun berswafoto bersama Jokowi dalam pertemuan tertutup itu. Warna-warni khas pakaian partai antara lain PDIP, PPP, Partai Golkar, PKB, Nasional Demokrat, Hanura, dan Perindo menghiasi ruangan tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Politik Genderuwo Jokowi
Calon presiden (Capres) nomor urut 1, Joko Widodo atau Jokowi menyebut akan adanya politik genderuwo yang harus dihindari. Menurut Jokowi, politik genderuwo tersebut adalah politik yang menakut-nakuti rakyat.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding mengatakan, perkataan tersebut bukan untuk menyerang politikus di Indonesia.
"Jadi, pernyataan Presiden Jokowi soal politik Genderuwo itu adalah satu pernyataan simbolik yang ditujukan kepada semua orang, pemimpin, politisi yang di dalam pernyataan-pernyataannya, kampanyenya selalu membangun narasi-narasi propaganda, tentang ketakutan, tentang kegalauan ditengah-tengah masyarakat," Karding menjelaskan, Jumat, 9 November 2018.
Menurutnya, politik genderuwo yang disampaikan Jokowi menggambarkan situasi politik yang dinamis.
"Jadi rakyat sedemikian rupa dihantui oleh isu-isu palsu, isu-isu hoaks, fitnah, nyinyir, yang tujuannya adalah untuk menakut-nakuti rakyat," lanjut Karding.
Hal ini dinilainya membuat rakyat menjadi stres, galau, dan menurunkan optimisme. Dalam kata lain, rakyat menjadi semakin pesimis.
Padahal, harusnya politik menjadi suatu hal yang menyenangkan.
"Semestinya buat politik itu tenang, nyaman, bergembira, dan senang hati mendapatkan pendidikan. Itu yang disindir oleh Pak Jokowi," tandasnya.
Advertisement