Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Badan Pemenangan (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade menilai, istilah politik genderuwo yang digunakan Presiden Jokowi kepada lawan politiknya sangat tidak tepat jika diungkapkan pada era milenial saat ini.
Menurutnya, rakyat saat ini lebih takut dengan kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu.
Advertisement
"Ini kan era milenial. Masa masih saja bawa-bawa genderuwo? Apalagi genderuwo ini kan hanya mitos," ujar Andre dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (10/11/2018).
"Saya yakin, kalau pun mitos genderuwo itu saat ini nyata, rakyat tetap lebih takut jika melihat harga kebutuhan pokok dan kondisi ekonomi," imbuhnya.
Andre mengingatkan, Jokowi sebagai Presiden baiknya berbicara mengenai masa depan bangsa. Bukan berkutat dengan istilah atau mitos yang tidak ada kaitannya dengan cara memperbaiki kondisi ekonomi saat ini.
"Genderuwo ini coba digambarkan sosoknya. Jangan hanya berhalusinasi dan terperangkap dengan masa lalu apalagi yang berbau mitos. Lebih baik pikirkan bagaimana nilai tukar rupiah kuat menghadapi dollar. Bagaimana janji lapangan kerja untuk anak bangsa. Bagaimana menurunkan harga-harga. Itu yang harus dipikirkan. Jangan-jangan janji yang banyak tak dipenuhi jokowi itu juga halusinasi," pungkas Andre Rosiade.
Makna Politik Genderuwo
Calon presiden (Capres) nomor urut 1, Joko Widodo atau Jokowi menyebut akan adanya politik genderuwo yang harus dihindari. Menurut Jokowi, politik genderuwo tersebut adalah politik yang menakut-nakuti rakyat.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding mengatakan, perkataan tersebut bukan untuk menyerang politikus di Indonesia.
Menurutnya, politik genderuwo yang disampaikan Jokowi menggambarkan situasi politik yang dinamis.
"Jadi rakyat sedemikian rupa dihantui oleh isu-isu palsu, isu-isu hoaks, fitnah, nyinyir, yang tujuannya adalah untuk menakut-nakuti rakyat," lanjut Karding.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement