Gelar Safari, Kementan Cek Panen Jagung di Sulawesi Selatan

Panen ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendorong percepatan swasembada jagung.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Nov 2018, 10:00 WIB
Panen Jagung. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan safari panen raya jagung di Provinsi Sulawesi Selatan. Safari bertujuan untuk menyaksikan panen jagung di beberapa kabupaten sentra pertanian, antara lain di Kabupaten Gowa, Takalar, Bantaeng, Bulukumba, Bone, Jeneponto, Wajo dan Pinrang.

Rangkaian safari panen dipimpin Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Andi Muhammad Syakir, selaku Penanggungjawab Program Upaya Khusus UPSUS Padi Jagung dan Kedele (Pajale) Provinsi Sulawesi Selatan, bersama Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten.

"Kita melakukan kegiatan Safari panen raya jagung di Desa Tonasa Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar seluas 585 ha. Kecamatan Sanrobone memiliki lahan seluas 881,0 ha. Sedangkan luas lahan untuk pertanaman jagung di Kabupaten Takalar seluas 8.000 ha dengan Provitas rata-rata 7 - 8 ton per ha," kata Syakir, di Jakarta, Minggu (11/11/2018).

Syakir mengungkapkan, panen ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendorong percepatan swasembada jagung. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung nasional yang panen jagungnya dapat dilaksanakan setiap saat.

Pada 2017, Sulawesi Selatan memberikan kontribusi dengan produksi jagung sebesar 2,3 juta ton, dengan luas panen 295.115 ha atau sebesar 7,33 persen dari produksi jagung nasional.

"Target produksi jagung Sulawesi Selatan untuk tahun 2018 ini sebesar 2,6 juta ton" ujarnya.

Kegiatan Safari Panen dilanjutkan ke Kabupaten Jeneponto di kecamatan Botoramba dengan luas tanam jagung yang akan dipanen kurang lebih 200 ha dengan rata-rata produktivitas 7.6 ton per ha dengan harga jagung Rp 4.200 per kg kering pipil.

"Tahun 2018 ini luas areal Jagung di Jeneponto seluas 70.000 ha. Provitas rata-rata 6 ton per ha. Sehingga target produksi 2018 sebesar 420.000 ton pipilan kering Jagung", tambah Syakir.

Diharapkan kabupaten Takalar dan kabupaten Jeneponto dapat meningkatkan lagi luas tanamnya, dengan cara meningkatkan intensitas tanam dan memanfaatkan lahan sub optimal untuk pertanaman jagung.

Sementara safari panen jagung di Kabupaten Pinrang dilaksanakan di Kecamatan Suppa, selanjutnya di kabupaten Wajo dilaksanakan di Kecamatan Belawa.

Panen jagung dilaksanakan secara berlanjut pada beberapa kabupaten sentra lainnya, sesuai dengan kondisi/tahap pertumbuhan tanaman yang saat ini masih banyak dipertanaman (standing crop).

Tahap awal kegiatan Safari Panen Raya jagung ini dilaksanakan selama beberapa hari pada empat kabupaten Takalar, Jeneponto, Wajo, dan Pinrang, kemudian dilanjutkan pada pada beberapa kabupaten sentra lainnya.

Potensi produksi jagung pada empat kabupaten tersebut yaituKabupaten Takalar 56 ributon, Kabupaten Jeneponto 271.074 ton, Kabupaten Pinrang 83.169 ton dan Kabupaten Wajo 133.369 ton.


Menko Darmin Buka-bukaan soal Impor Jagung 100 Ribu Ton

Bambang Sugiharto menyatakan bahwa berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) disimpulkan produksi dan pasokan jagung tahun 2018 surplus sebesar 12 juta ton pipilan kering (PK).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menanggapi perdebatan tentang impor jagung sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir 2018. Perdebatan dipicu adanya klaim produksi jagung surplus 13 juta ton tahun ini.

Menurut Menko Darmin, impor jagung dilakukan atas permintaan Kementerian Pertanian (Kementan).

"Rapatnya saja dibuat karena permintaan Menteri Pertanian, surat usulannya juga Menteri Pertanian. Jangan mereka mulai membelok-belokan. Jadi sederhana saja," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (7/11/2018).

Dia mengatakan, meskipun ada klaim produksi surplus namun kenyataannya harga di pasaran naik. Hal ini kemudian memicu kegelisahan masyarakat yang mengancam akan melakukan demo.

"Begini, yang melakukan impor itu Mendag, tapi rekomendasinya itu Mentan. Walaupun mereka bilang produksinya surplus 13 juta ton, harganya naik. Harganya naik, banyak yang marah, mau demo segala macam. Kemudian Mentan bilang, minta diimpor deh. Berapa? 100.000 ton. Bikin surat dong, jangan nanti tiba-tiba enggak ngaku," jelas dia.

Lebih lanjut, Darmin menjelaskan, kebutuhan jagung baik produksi maupun untuk konsumsi adalah kewenangan Kementan. Jika ada kelebihan atau surplus mereka wajib mengetahui, begitu juga jika terjadi kekurangan pasokan jagung dalam negeri.

"Kalian tahu, produksi jagung itu kewenangan Mentan. Peternakan ayam termasuk petelur itu kewenangan Mentan. Mereka yang paling tahu, kalau dia usulkan ini perlu impor, kita juga tanya. katanya surplus?" ujarnya.

"Ya akhirnya kita tanya (Kementan), jawabannya tapi harganya naik. Ini ada surat-surat dari peternak macam macam. oke kalau begitu (impor). Kalau surplus itu besar sekali angkanya 13 juta, tapi buktinya harganya naik terus apa kesimpulannya? Kamu simpulkan sendiri," sambungnya.

Terkait sistem resi gudang yang disebut tidak cukup menampung beras, Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, tak perlu mencari alasan lain. Intinya saat ini terjadi kekurangan pasokan yang menyebabkan harga naik.

"(Kekurangan resi gudang) Tidak ada, jangan nyalahkan yang lain. Kalau harga naik itu ada yang kurang. Sederhana saja," tandasnya.

Sebelumnya, Pemerintah akhirnya memutuskan untuk melakukan impor jagung pakan ternak sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir tahun 2018. Hasil impor jagung ini dilakukan untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri.

Hal tersebut diputuskan usai pemerintah melangsungkan rapat koordinasi (rakor) terbatas yang dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/11).

Adapun sejumlah menteri yang hadir dalam rakor ini adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Selain itu hadir juga Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, keputusan impor jagung tersebut sudah disepakati oleh beberapa kementerian terkait. Mengenai skemanya nanti akan diserahkan melalui Perum Bulog.

"Artinya bulog ditugaskan menteri BUMN sudah seperti itu aturannya," kata Ketut saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta.

Ketut menyebut, keputusan impor jagung ini juga sebagai pertimbangan atas harga jagung yang saat ini kian melambung. Akbitanya sejumlah peternak pun banyak yang merasakan keberatan.

"Jagung kan mahal nih. Supaya biar terjangkau misalnya harganya sampai Rp 4.000 per kilogram kan sesuai HPP (Harga Pokok Penjualan) maka diintervensi," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya