Wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo Tewaskan Lebih dari 200 Orang

Wabah Ebola yang menyerang Republik Demokratik Kongo dilaporkan telah membuat lebih dari 200 orang meninggal.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 11 Nov 2018, 11:01 WIB
Petugas medis dari Croix Rouge LSM membawa jenazah korban Ebola dari sebuah rumah di Monrovia, Liberia, 29 September 2014. Dari empat negara di Afrika Barat, Liberia menjadi negara yang paling parah terkena wabah Ebola. (AFP PHOTO/PASCAL GUYOT)

Liputan6.com, Kinshasha - Lebih dari 200 orang dilaporkan meninggal akibat wabah Ebola yang terjadi di Republik Demokratik Kongo. Demikian menurut informasi dari pejabat kesehatan setempat.

Sekitar setengah dari jumlah total korban meninggal berasal dari Beni, sebuah kota dengan 800.000 penduduk di wilayah Kivu Utara.

Dikutip dari BBC pada Minggu (11/11/2018), program vaksinasi Ebola sejauh ini telah menginokulasi sekitar 25.000 orang.

Namun, Menteri Kesehatan Oly Ilunga mengatakan pemberontak bersenjata terus mengganggu operasional tim medis.

Pada bulan September, vaksinasi d icurigai telah disabotase di Beni ketika kelompok pemberontak melancarkan serangan yang berlangsung beberapa jam.

Kongo telah menderita selama bertahun-tahun akibat perang sipil dan pergolakan politik.

Wabah Ebola saat ini, yang dimulai pada bulan Juli, adalah yang kali ke-10 yang menyerang negara itu sejak tahun 1976. Virus ini berdampak fatal bagi kesehatan masyarakat, di mana kerap menyebar melalui sejumlah kecil cairan tubuh dan infeksi.

Dalam pembaruan terbaru, Kementerian Kesehatan setempat mengatakan terdapat 291 kasus telah dikonfirmasi dan dicatat pula 201 kematian akibatnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Serangan Terhadap Tim Kesehatan

Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo telah meminta kelompok-kelompok bersenjata untuk tidak menghalangi para pekerja medis, yang bertugas menangani penyakit akibat wabah Ebola.

Menkes Ilunga mengatakan, pada Jumat 9 November, bahwa tim kesehatan telah menghadapi "ancaman, serangan fisik, penghancuran berulang peralatan mereka dan penculikan".

"Dua dari rekan kami di Unit Gawat Darurat bahkan kehilangan nyawa dalam serangan terkait," tambahnya.

Pekan lalu, Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan kurangnya keamanan merupakan tantangan terbesar dalam melawan epidemi yang kian memburuk di Republik Demokratik Kongo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya