Mendag: Harga Telur dan Ayam Berpotensi Naik di Akhir Tahun

Saat menjelang Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat akan telur meningkat, sedangkan pasokannya relatif mengkhawatirkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2018, 18:32 WIB
Penjual merapikan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Harga telur dan ayam berpotensi naik pada akhir tahun ini. Ini seiring tingginya permintaan warga menjelang Natal dan Tahun Baru.

Ini diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita."Telur dan ayam ada potensi kenaikan harga," kata dia di Batam, seperti mengutip Antara, Minggu (11/11/2018).

Ia mengatakan saat menjelang Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat akan telur meningkat, sedangkan pasokannya relatif mengkhawatirkan.

"Supply-nya, saya khawatir berkurang, mudah-mudahan tidak, maka akan jadi persoalan," kata dia.

Dia pun meminta seluruh kepala dinas perdagangan untuk terus mengawasi kenaikan harga komoditas itu.

Menteri menjabarkan, pemerintah sebenarnya sudah menerapkan strategi untuk menekan kenaikan harga telur. Ini sejak komoditas itu mengalami penurunan harga beberapa waktu lalu.

"Saat harga telur turun, kami justru menaikkan harga batas bawah dan meminta pedagang retail modern membeli harga lebih tinggi sehingga para peternak tidak mengalami kerugian," kata dia.

Bila harga telur dibiarkan melemah, maka ia khawatir peternak memilih afkir dini, memotong ayam petelur. Pada akhirnya, pasokan telur berkurang dan harga akan meningkat lebih tinggi.

"Kami meminta tolong koordinasi dengan pasar, membeli jangan terlalu rendah," kata dia.

Selain telur dan ayam, harga cabai merah dan cabai keriting juga betpotensi naik, dipengaruhi keterbatasan pasokan karena sudah memasuki musim hujan.

Sementara itu, secara keseluruhan menurut mendag, harga komoditas pangan relatif stabil, tidak terlalu mempengaruhi inflasi. "Kontribusi volatile food tidak tinggi pada inflasi," kata dia.

Pasokan beras relatif mencukupi, demikian pula minyak goreng, daging, bawang putih dan bawang merah.


Pemerintah Siapkan 2,4 Juta Ton Beras untuk Operasi Pasar

Para pedagang umum di beberapa pasar tradisional Bengkulu mulai merubah strategi dengan ikut menjual beras milik Bulog (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Pemerintah menyiapkan 2,4 juta ton beras untuk dipakai operasi pasar di seluruh Indonesia. Operasi pasar sebagai langkah menghadapi potensi kenaikan harga menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2019.

"Untuk operasi pasar, disiapkan 2,4 juta ton beras Bulog," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seperti mengutip Antara di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (11/11/2018).

Operasi pasar merupakan upaya pemerintah untuk mengintervensi harga pasar yang meninggi di saat-saat tertentu.

Ketika harga beras meningkat, maka Bulog diminta melepas kebutuhan pangan itu ke masyarakat dengan harga yang ditentukan pemerintah, demi menyetabilkan kembali harga.

"Peran Bulog, saat ketersediaan berkurang harga naik, maka Bulog melakukan operasi pasar dengan harga yang di tetapkan. Masyarakat harus diberikan pilihan. kalau op berjalan berdasarkan pengalaman, 10.000-15.000 ton per hari terserap," jelas dia.

Ia mengatakan beras sebanyak 2,4 juta ton itu siap didistribusikan ke daerah yang kekurangan pasokan kebutuhan pokok itu, bukan dibagikan ke setiap daerah secara merata.

"Tapi sampai saat ini belum ada permintaan," kata Menteri.

Enggar pun memperkirakan tidak akan terjadi lonjakan harga beras, karena pasokannya cukup. Ia juga optimis, kenaikan harga bahan pangan tidak berkontribusi besar pada inflasi.

Dalam kesempatan itu, Menteri meminta Kepala Dinas Perdagangan di setiap daerah, Bulog dan Satgas Pangan terus melakukan pemantauan ketersediaan dan harga beras di pasaran.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya