Dua Demonstran Topless Dekati Rombongan Donald Trump di Paris, Kenapa?

Polisi Prancis menangkap dua demonstran wanita yang bertelanjang dada di Champs-Elysees, yang berusaha mendekati rombongan Presiden Donald Trump.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2018, 11:02 WIB
Orang-orang menyalakan ribuan api di Menara London, 4 November 2018, sebagai bagian dari instalasi yang disebut "Beyond the Deepening Shadow: The Tower Remembers", menandai berakhirnya Perang Dunia I. (Tolga Akmen/AFP)

Liputan6.com, Champs-Elysees - Upacara peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I yang digelar pada Minggu 11 Oktober 2018 waktu setempat mengalami gangguan jelang kedatangan Presiden AS, Donald Trump. Sejumlah demonstran wanita mendekati arena acara tersebut.

Polisi Prancis kemudian menangkap dua demonstran wanita yang bertelanjang dada di Champs-Elysees itu.

Salah seorang wanita yang ditangkap hanya berjarak beberapa meter dari iring-iringan Presiden Amerika Donald Trump, yang mendekati lokasi upacara. Demonstran ini menuliskan kata "Fake Peacemaker”" --Pembuat Perdamaian Palsu-- di dadanya.

Kelompok aktivis feminis radikal FEMEN yang berpusat di Paris, diduga kuat bertanggungjawab atas demonstrasi tersebut.

Pemimpin FEMEN, Inna Shevchenko berkicau di Twitter: "aktivis-aktivis FEMEN menyambut iring-iringan @realDonaldTrump dua kali dalam perjalanannya ke Arc de Triomphe".

Insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang pengamanan di acara tersebut.

Sebagian besar pemimpin dunia yang menghadiri upacara peringatan "Hari Gencatan Senjata" di Paris menuju lokasi upacara menggunakan bis.

Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin memilih tidak naik bis. Gedung Putih mengatakan kedatangan Trump diatur oleh "protokol keamanan".

 

Saksikan juga video berikut ini:


Tiga Wanita Asal Ukraina

Seorang wanita bertelanjang dada saat mengikuti protes pelarangan aborsi di Rio de Janeiro, Brasil (13/11). Para demonstran ini meminta aborsi dilegalkan dalam kasus pemerkosaan dan kehamilan yang mengancam kehidupan. (AFP Photo/Mauro Pimentel)

Januari 2012 lalu, tiga wanita asal Ukraina juga pernah berunjuk rasa dengan bertelanjang dada sambil membawa poster protes di Davos, Swiss. Aksi itu dilakukan agar mereka dapat masuk dalam pertemuan CEO dan pemimpin politik dalam suatu pertemuan ekonomi dunia.

Ketiga wanita tersebut ingin memberikan aspirasi mengenai kebutuhan kaum miskin di seluruh dunia. Demikian menurut informasi yang dikutip dari Daily Mail saat itu.

Dalam aksinya, ketiga wanita tersebut berlari sambil berteriak dan mencoba masuk tempat pertemuan dengan memanjat pagar. Salah seorang dari mereka mengecat tubuhnya dengan bertuliskan "Krisis! Dibuat di Davos". Sementara, dua orang lainnya membawa spanduk yang mengatakan "Miskin disebabkan oleh ulah gangster di Davos".

Polisi mencoba untuk mengamankan mereka dan berusaha untuk tidak menyentuh payudaranya. Selang beberapa menit kemudian, ketiga pengunjuk rasa topless itu ditangkap.

Juru bicara kepolisian, Thomas Hobi, mengatakan, tiga wanita tersebut langsung dibawa ke kantor polisi dan diperingatkan untuk tidak melakukan demontrasi toples. Menurutnya, mereka akan segera dibebaskan.

Unjuk rasa dengan bertelanjang dada merupakan aksi yang biasa dilakukan para aktivis Ukraina dalam menanggapi masalah politik dan penindasan. Aksi ini telah menjadi hal yang lazim di Ukraina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya