Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin membantah ucapan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengatakan Pilpres 2019 kian marak pertarungan politik identitas ketimbang program. Ma'ruf mengklaim pihaknya sudah mengkampanyekan program.
"Saya kira enggak ada politik identitas. Justru adu program. Bagaimana apa yang sudah dan apa yang akan," kata Ma'ruf di rumah Situbondo, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018).
Advertisement
Ma'ruf menuturkan, selama ini dirinya memperjuangkan landasan, capaian, dan perolehan pemerintahan Jokowi. Dia mengaku selalu menekankan bahwa apa yang sudah dikerjakan ini untuk manfaat lebih besar di kemudian hari.
"Memperbesar kemaslatan, menambah atau melakukan penyesuaian atau mengadjust, menyempurnakan. Itu pendekatannya programming, pendekatakan konsep bagaimana membangun ke depan, nggak ada identitas," jelas Ketua MUI.
Ma'ruf Amin membantah jika deklarasi ulama dan kiai dikaitkan dengan politik identitas. Menurutnya itu karena pihak yang mendeklarasikan dukungan memiliki kesamaan dengan pasangan calon presiden.
"Tapi kalau misalnya orang NU mau mendukung orang NU itu kan wajar saja. Misalnya pemimpin NUnya dia mendukung, itu bukan politik identitas tetapi merasa ada kesamaan," jelasnya.
Ma'ruf Amin mengaku ogah berkampanye dengan politik identitas. Dia dan Jokowi pun sudah sepakat tak memainkan politik identitas.
"Kita kan sudah sepakat tidak membawa politik identitas pendekatakannya. Ya nggak tahu yang lain tapi dari kita, dari 01 tidak," pungkas Ma'ruf.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Politik Identitas
Sebelumnya diberitakan, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono menilai pertarungan di Pilpres 2019 lebih ke arah politik identitas daripada program dan solusi yang ditawarkan. Ia terus berharap pemilu berlangsung demokratis dan damai.
Menurutnya kontestasi Pilpres 2009 sampai 2014 silam memang keras dan konfrontatif, tapi bisa berjalan damai dan demokratis.
Demokrat, kata dia, tidak ingin kontestasi Pileg dan Pilpres 2019 yang prosesnya dimulai sejak sekarang tidak mengarah ke disintegrasi, mengganggu kerukunan dan persatuan bangsa.
"Menangis kita kalau itu terjadi," sebut SBY di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu 10 November 2018.
Advertisement