Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir memerah pada perdagangan di awal pekan ini. Seluruh sektor saham melemah sehingga menekan indeks bursa.
Pada penutupan perdagangan saham, senin (12/11/2018), IHSG melemah 97,10 poin atau 1,65 persen ke posisi 5.777,06. Sementara indeks saham LQ45 merosot 23,37 persen ke posisi 907,63. Sebagian besar indeks saham acuan kompak melemah dan hanya indeks acuan DBX yang mampu menghijau.
Sebanyak 267 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah. Selain itu 122 saham menghijau dan 120 saham diam di tempat. Pada hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.884,08 dan terendah 5.777,05.
Baca Juga
Advertisement
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 310.365 dengan volume perdagangan saham 6,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,3 triliun.
Investor asing jual saham Rp 141 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.830.
Seluruh sektor saham melemah. Pelemahan terbesar dibukukan oleh sektor barang aneka industri yang turun 3,16 persen. Sementara sektor saham barang konsumsi merosot 2,50 persen dan sektor saham manufaktur melemah 2,25 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham DIGI naik 25 persen ke posisi Rp 1.750 per saham, saham SOSS melonjak 25 persen ke posisi Rp 1.000 per saham dan saham TCPI mendaki 19,84 persen ke posisi Rp 7.550 per saham.
Selain itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham PSDN merosot 15,24 persen ke posisi Rp 178 per saham, saham KBLV tergelincir 11,06 persen ke posisi Rp 402 per saham, dan saham LPPF melemah 9,76 persen ke posisi Rp 4.760 per saham.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi Analis
Realisasi gerai IHSG pada hari ini tidak sesuai dengan prediksi analis. Sebelumnya Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan mengatakan, di awal pekan ini IHSG secara dominan akan dibayangi sentimen dalam negeri. Meski demikian, IHSG diramal berpeluang menguat terbatas pada pergerakan indeks.
"Perdagangan pekan ini akan banyak dipengaruhi oleh beberapa data rilis domestik seperti data neraca transaksi berjalan (current account), neraca perdagangan dan juga keputusan suku bunga Bank Indonesia," tutur.
Pergerakan indeks, lanjut dia, kemungkinan di perdagangkan di zona hijau terbatas pada kisaran level 5.820-5.990.
Hal ini mengingat masih terdapat potensi defisit neraca transaksi berjalan yang dapat menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Advertisement