Jokowi Minta Bupati Permudah Investasi dan Tekan Inflasi

Selain investasi dan regulasi, Jokowi juga meminta Bupati menjaga stabilitas harga komoditas di pasar.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2018, 18:18 WIB
Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo berdiskusi dengan masyarakat kreatif Bandung di Simpul Space, BandungSabtu (10/11). Jokowi berdialog dengan masyarakat kreatif Bandung dalam upaya mengembangkan ekonomi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Bupati mempermudah masuknya investasi ke daerah serta memangkas aturan birokrasi. Upaya ini dilakukan guna mendorong perkembangan ekonomi daerah.

Permintaan Jokowi disampaikan saat mengumpulkan 31 Bupati dari pelbagai daerah di Istana Negara, Senin (12/11/2018).

"Dia (Presiden) berharap investasi terus masuk menekan inflasi dan Bupati mempermuah layanan publik," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Kompleks Istana Kepresidenan.

Selain investasi dan regulasi, Jokowi juga meminta Bupati menjaga stabilitas harga komoditas di pasar. Kepala Negara kemudian meluruskan informasi yang mengaitkan dirinya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

"Beliau menjelaskan isu PKI yang dia bilang PKI dibubarkan 1965 beliau lahir 1961. Umur beliau masih 4 tahun masa ada PKI masih bayi. Dan masalah SKCK juga," jelas Azwar Anas.


Buat Jurusan Kopi

Bupati Tanah Bumbu, Mardani H Maming menambahkan, Jokowi meminta Bupati mendorong kolaborasi pendidikan dengan ekonomi kreatif untuk menciptakan pengusaha-pengusaha handal. Misalnya Bupati mendorong universitas di daerahnya masing-masing untuk membuat jurusan kopi.

"Masa kita ini menghasilkan kopi paling banyak tapi kalah sama Italia yang tidak punya menghasilkan kopi. Harus ada jurusan kopi," jelasnya.

Jokowi juga disebut memaparkan soal maraknya isu tenaga kerja asing (TKA) yang masuk ke Indonesia. Menurut Jokowi, kata Maming, jumlah TKA tidak sampai satu persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Di negara lain ada yang sampai 20 persen, 8 persen. TKA kita di Cina ada sekitar 80 ribu itu lebih besar daripada TKA Cina di Indonesia. Jadi sebenarnya Indonesia yang menyerang Cina," pungkas dia.

 

Reporter: Titin Supriatin

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya