Liputan6.com, Amityville - Selain kemegahannya, rumah besar bergaya kolonial Belanda di tepi danau yang beralamat di 112 Ocean Avenue, Amityville, New York tak banyak menarik perhatian. Hingga sebuah peristiwa besar terjadi di dalamnya: pembunuhan massal.
Pada 13 November 1974 sekitar pukul 18.30, Ronald 'Butch' DeFeo Jr menyeruak masuk ke Henry's Bar. Membawa kabar buruk. "Seseorang menembak ibu dan ayahku," teriaknya, panik, seperti dikutip dari situs New York Daily News (13/11/2018). Kehebohan pun terjadi. Orang-orang sontak menghambur dari tempat nongkrong itu, menuju lokasi.
Pemuda yang kala itu berusia 23 tahun juga melapor ke aparat. Ia mengaku menemukan jasad ayah dan ibunya di dalam kamar di lantai 2. Petugas Kepolisian Suffolk County menerima laporannya pada pukul 18.35.
Saat polisi tiba di lokasi kejadian, Ronald Jr juga mengaku menemukan jasad adik-adiknya di kamar lainnya. Total korban berjumlah 6 orang: Ronald J. DeFeo (43), istrinya Louise (42), dua anak laki-laki: John (9) dan Mark (12), serta dua putri mereka: Allison (13) dan Dawn (18). Semua dengan luka tembak.
Baca Juga
Advertisement
Aparat yang menyisir rumah tak menemukan tanda-tanda perlawanan. Korban diduga dihabisi dalam kondisi terlelap.
Senjata si pembunuh juga raib. Setelah pengujian post-mortem dilakukan, para korban dinyatakan telah meninggal dunia setidaknya sejak pukul 07.00.
Si sulung, Ronald DeFeo Jr adalah satu-satunya anggota keluarga yang selamat.
Simpati pun mengalir bagi pemuda yang kehilangan seluruh anggota keluarganya sekaligus. Namun, 2 hari kemudian ia digiring polisi dalam kondisi tangan terborgol.
Setelah diinterogasi selama 20 jam, Ronald Jr akhirnya mengakui bahwa dia yang menembak ayah, ibu, dan adik-adiknya.
Kala itu motif pembunuhan belum diketahui. Menurut penyelidik pemuda emosional itu ingin mendapatkan harta keluarga.
Namun, pelaku bersikukuh, "Suara di dalam rumah itu yang membuatku melakukannya."
Kasus tersebut memang diwarnai sejumlah keanehan. Meski pelaku tak menggunakan senapan yang dilengkapi peredam, para tetangga tak mendengar bunyi letusan senjata.
Dalih penyakit jiwa ditepis hakim. Ronald 'Butch' DeFeo Jr dinyatakan bersalah atas 6 dakwaan pembunuhan tingkat dua, yang masing-masing dijatuhi hukuman selama 25 tahun hingga penjara seumur hidup.
Kisah pembunuhan lalu berubah menjadi horor...
Horor Arwah Gentayangan?
Selama penyelidikan dan persidangan, rumah Amityville dibiarkan kosong. 13 bulan kemudian, kepemilikannya berpindah tangan ke George Lutz -- yang pindah bersama istri dan 3 anaknya pada Desember 1975.
Harga rumah besar yang jadi lokasi pembunuhan itu jatuh, 'hanya' US$ 80 ribu. "Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata George Lutz soal kediaman barunya yang megah.
Pada hari pindah, mereka mengundang seorang pemuka agama untuk memberkati rumah itu. Kata Lutz, tamunya itu mengaku tangan tak terlihat memukulnya di ruang menjahit.
Pemuka agama itu, tambah Lutz juga mendengar suara tanpa raga. "Pergi dari sini!," entah dari siapa kalimat itu terucap. Juga mengalami perasaan aneh mirip gejala flu dan tangannya tiba-tiba mengeluarkan darah.
Meski demikian, keluarga itu akhirnya menetap di rumah itu dan mengaku menemui sejumlah hal mistis.
"Ada aroma asing yang tercium lalu hilang," kata Lutz, seperti dikutip dari ABC News. "Juga terdengar suara-suara aneh. Pintu depan terbanting tengah malam...selama berhari-hari tak ada hawa hangat di dalam rumah."
Lutz mengaku membiarkan perapian tetap menyala, agar rumah tak dingin mengigit. Namun, alih-alih nyaman, ia justru mengaku menemukan zat misterius mirip lendir yang berjatuhan di karpet saat terbangun pada pagi hari.
Suatu ketika, kata dia, istrinya tiba-tiba berubah rupa menjadi perempuan sepuh, yang wajah, rambut, dan kerutannya mirip nenek 90 tahun.
Dan segala keanehan terjadi mulai pukul 03.15. Hampir tiap hari -- bertepatan dengan waktu diperkirakannya terjadi pembunuhan.
Suatu malam Lutz mengaku melihat tempat tidur anak-anak terangkat naik dan turun, namun ia tak berdaya melakukan apapun. Sang istri pun terlihat melayang di atas ranjang.
Pagi harinya, setelah 28 hari tinggal di rumah Amityville, Lutz dan keluarganya ngacir. Meninggalkan pakaian di lemari, dan kulkas penuh makanan.
Pria itu yakin, hal buruk akan terjadi jika ia tak buru-buru pergi. "Aku tak sanggup membayangkannya," kata Lutz.
Simak video pilihan berikut:
Kisah Nyata Atau...
Pengalaman keluarga Lutz menarik perhatian banyak orang. Dua bulan setelah kepindahan tiba-tiba mereka, reporter Laura Didio mengumpulkan sekelompok pemerhati supranatural. Untuk membuktikan klaim tersebut.
Mereka menghabiskan malam di rumah itu, menyisir kamar demi kamar. Mencari jejak keberadaan makhluk tak kasat mata.
Salah satu dari mereka, Lorraine Warren, mengaku mengalami sensasi 'ledakan' perasaan depresi yang luar biasa. Sejumlah foto pun diambil. Tak ada apapun yang tertangkap kamera, kecuali satu, yang dideskripsikan Didio sebagai 'penampakan' bocah laki-laki mengintip dari salah satu kamar.
Sementara itu, George Lutz menghubungi pengacara Ronald Jr, William Weber -- yang telah mengantongi proposal untuk menerbitkan buku tentang kliennya. Bagi Weber, kisah seram Lutz bisa menambah gereget buku tersebut.
Pertemuan berlangsung menyenangkan. Setelah menghabiskan 4 botol anggur, sisa malam itu menjadi sesi menulis kreatif tentang apa saja yang menarik untuk dimuat dalam sebuah buku horor. Keduanya saling berkhayal soal alur kisah seram.
Namun, kerja sama tak terjalin antar keduanya. Lutz yang tak mau berbagi untung dengan Ronald DeFeo Jr, menggandeng seorang penulis bernama Jay Anson. Hasilnya adalah buku berjudul 'The Amityville Horror: A True Story' yang dirilis pada 1976. Yang dicetak ulang 13 kali, 6 juta buku laku dijual. Laris manis!
Versi film yang diluncurkan 3 tahun kemudian juga sukses besar.
Lutz mengakui, tak semua adegan dalam buku dan film adalah nyata. Salah satunya soal lendir hijau. Namun, sisanya, ia klaim berdasarkan pengalaman sesungguhnya, bukan dusta atau hoax, seperti yang ditudingkan banyak orang. "Aku tak bisa mengatur apa yang dipikirkan orang. Aku hanya mengatakan apa yang kami alami," kata Lutz.
Pada 1977, seorang paranormal, Hans Holzer mendatangi rumah yang terkenal angker itu. Ia membawa seorang medium atau perantara yang mengklaim bisa bicara dengan roh.
Kata Holzer, dalam kondisi tak sadarkan diri (trance), si perantara mengatakan ada arwah kepala suku Indian yang marah karena rumah itu dibangun di situs pemakaman yang dikeramatkan.
Holzer yakin, Ronnie DeFeo Jr dirasuki arwah yang murka itu saat melakukan tindakan keji. Ia juga mengatakan, sang kepala suku tak sudi pergi sebelum rumah itu dibakar dan dirubuhkan.
Namun teori Holzer ditanggapi skeptis oleh suku Montauket di Long Island. Menurut mereka, tak ada makam di Amityville.
Kalaupun ada, "Tak berarti kami akan merasuki tubuh seseorang, menguasai jiwanya untuk melakukan hal negatif... itu bukan cara kami," kata kepala suku saat ini, Chief Straight Arrow Cooper.
Joe Nickell, profesional pembantah mitos yakin, tak ada bukti ilmiah yang menguatkan klaim dari siapapun soal rumah Amityville. "Pada dasarnya semua klaim itu adalah hoax, atau setidaknya tak ada bukti," kata dia.
Fakta lain, para pemilik selanjutnya mengaku tak pernah dihantui arwah gentayangan.
Seperti dimuat Daily Mail, salah satu pemilik melego rumah yang dilengkapi kolam renang itu pada 2012 lalu, dengan mahar di bawah harga pasar. Bangunan yang dibuat tahun 1920-an itu ditawarkan seharga US$ 955 ribu, didiskon dari nilai sebelumnya yakni US$ 1,35 juta.
Namun, si pemilik bersikukuh, banting harga dilakukan karena ia bercerai dengan pasangannya. Bukan karena hantu.
Selain pembunuhan sadis di rumah Amityville, 13 November menjadi penting dalam sejarah karena sejumlah momentum. Pada 1887 terjadi peristiwa Bloody Sunday (Minggu Berdarah) di Trafalgar Square, London.
Sementara, pada 13 November 1970, terjadi musibah Badai Bhola. Kala itu sebuah siklon tropis dengan kecepatan 190 km/jam menghantam kawasan Delta Gangga yang padat penduduknya di Pakistan Timur --kini Bangladesh. Akibatnya fatal, sekitar 500.000 jiwa tewas. Bencana itu dianggap sebagai musibah badai terburuk pada Abad ke-20.
Pada tanggal yang sama tahun 1985, Gunung berapi Nevado del Ruiz meletus, dan mencairkan sebuah gletser yang kemudian mengubur Armero, Kolombia menewaskan sekitar 23.000 orang.
Dan, sebuah revolusi teknologi terjadi pada 1990: halaman World Wide Web (www) untuk kali pertama diciptakan.
Advertisement