Liputan6.com, Los Angeles - Hollywood kembali berduka --begitu pun dengan penggemar superhero alias pahlawan super --atas kabar meninggalnya Stan Lee pada usia 95 tahun, Senin, 12 November 2018 malam waktu setempat di Los Angeles.
Kantor berita Agence France-Presse (AFP) melaporkan bahwa Stan Lee mengembuskan nafas terakhir lantaran diketahui menderita komplikasi sejumlah penyakit, salah satunya pneumonia.
Dikutip dari Weird.com pada Selasa (13/11/2018), rekan penulis sekaligus sahabat makan siang sang pendiri Marvel Comics, Jim McLauchlin, mengatakan bahwa sosok Stan Lee mengajarkan banyak pelajaran berharga tentang kerja keras dan bagaimana memaknai hidup.
Baca Juga
Advertisement
Dalam esai terbarunya, McLauchlin merunut ulang tentang beragam pelajaran penting yang didapatnya saat mengobrol dengan Stan Lee, terutama ketika santap siang bersama di sebuah diner--sebutan kedai makan khas Amerika--yang berlokasi tidak jauh dari kantor pusat Marvel, Pow Entertainment di Santa Monica, California.
Berikut adalah lima pelajaran penting yang tersirat dalam perjalanan hidup Stan Lee, yang dikenang oleh sang sahabat, Jim McLauchlin, dalam sejumlah perbincangan makan siang dengannya kala itu.
Simak video pilihan berikut:
1. Sosok Pekerja Keras
Dalam hampir setiap percakapan tentang pekerjaan hebatnya di Marvel, Stan Lee selalu berkata sebagai berikut:
"Saya tidak akan pensiun. Kebanyakan orang pensiun sehingga mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Saya sudah melakukan apa yang saya inginkan. Saya suka menulis. Saya suka bekerja dengan orang-orang kreatif. Jika saya pensiun, saya akan melepaskan kesenangan saya."
Hal itu benar adanya. Stan Lee hampir selalu hadir di kantornya pukul 09.00 pagi setiap hari kerja.
Advertisement
2. Banyak Aksi, Sedikit Bicara
Berkaitan dengan poin di atas, Stan Lee adalah sosok yang menyenangkan jika membahas pekerjaan, atau terlibat dalam proyek bersama. Ia selalu antusias dalam bertukar pikiran, meskipun seringkali mendominasi.
Namun, ia bukanlah sosok yang penuh retorika. Jika melihat suatu prospek, baik dalam penyampaian pesan dalam karya ataupun prediksi ekonomis, Stan Lee selalu bersikap taktis.
Sosoknya terbuka dengan ide-ide segar, tetapi juga tegas menolak kehilangan kendali dalam membesarkan Marvel, yang kini semakin menguntungkan berkat kehadiran Marvel Cinematic Universe.
Ia juga dikenal sebagai sosok penyayang keluarga, di mana sudah dipastikan antara pukul 17.30 hingga 18.00 adalah jam pulang rutinnya. Jika tdiak terhalang agenda pekerjaan, Lee selalu segera pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama istrinya, Joan Lee, kini sudah meninggal tahun lalu.
3. Bukan Sosok Religius, tapi Humanis
Stan Lee percaya pada Tuhan dan kehidupan kekal setelah kematian. Namun, dia mengaku skeptis menyalurkan keyakinannya itu pada agama. Dia mempelajari beberapa dasar agama, untuk memetakan kekuatan dan kelemahan mereka.
Dia berpikir bahwa "aturan emas" adalah kuncinya, dan dia benar-benar tidak mengerti mengapa orang tidak bisa hanya mengambil beberapa detik dari hari mereka untuk bersikap baik kepada orang lain. "Saya pikir orang baik tidak duduk di awan dan memainkan harpa. Tetapi saya percaya jika seseorang menjalani kehidupan yang baik, maka ada hadiah besar untuknya," ujar Lee.
Lee melihat Tuhan tidak sesempurna yang orang-orang katakan, melainkan sebagai "sesuatu yang juga punya kelemahan", sama seperti manusia. Ia tahu hal tersebut kontroversial, tapi tetap berpegang pada pendapatnya.
Advertisement
4. Sosok yang Sama di Kehidupan Publik dan Pribadi
Setelah hidup lebih dari 90 tahun, Stan Lee tetap terlihat konsisten dengan kehidupannya. Bahkan banyak orang mengakui bahwa langkah kaki sang pencipta karakter Hulk itu masih lebih cepat dari kebanyakan orang seusianya.
Lee dengan senang hati melambai pada orang-orang yang mengenalinya. Dia berlari beberapa langkah ke depan untuk membuka pintu bagi seorang wanita.
Bahkan, suara yang sering terdengar di film dan kartun adalah suara Stan Lee.
"Saya merasa senang dengan mudah," katanya. "Saya menjalani kehidupan yang menyenangkan, dan saya biasanya sangat bahagia. Mengapa tidak berbagi sedikit tentang itu?"