Diabetes Terdeteksi Jelang Persalinan, Ini Risiko pada Ibu dan Janin

Diabetes pada ibu hamil bisa mendadak terjadi. Pada beberapa kasus bisa juga diketahui jelang persalinan yang berisiko pada ibu dan bayi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Nov 2018, 13:00 WIB
Risiko bahaya intai ibu dan bayi saat ibu baru diketahui diabetes jelang persalinan. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta “Kami pernah menangani pasien ibu hamil yang baru diketahui diabetes jelang persalinan. Gula darahnya sangat tinggi (lebih dari 200 mg/dL). Padahal,  persalinan segera dilakukan. Akhirnya, persalinan dapat tertangani dengan ibu diberikan insulin (obat untuk mengendalikan kadar gula darah).”

Kisah di atas diceritakan dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes Rumah Sakit Pondok Indah – Pondok Indah, Jakarta Selatan, Wismandari. Ia dan tim berupaya memberikan insulin sehingga kadar gula sang ibu menurun. Bayi pun lahir dengan baik.

Pada kasus seperti di atas, pemberian insulin termasuk cara tepat dan cepat. Pemberian insulin membuat beberapa jam sebelum persalinan, gula darah turun

“Bayi (dari ibu dengan diabetes) tetap dilahirkan sesuai prosedur. Dan, cara paling cepat dan efeketif untuk menurunkan gula darah saat persalinan dengan pemberian insulin,” papar dokter spesialis kebidanan dan kandungan Merwin Tjahjadi dalam wawancara khusus kepada Health Liputan6.com pada Rabu, 7 November 2018 melalui surat elektronik.

Artikel terkait: Resistensi Insulin Intai Remaja Obesitas yang Diabetes

Selanjutnya, kadar gula darah ibu tetap diperiksa. Dua hari pasca persalinan kadar gula darah ibu akan dievaluasi.

Merwin menjelaskan ada risiko berbahaya bila ibu hamil baru terdeteksi diabetes jelang persalinan. Risiko tersebut tergantung berat ringan dan kondisi yang menyertai ibu hamil.

Artikel terkait: Amankah Konsumsi Obat Diabetes Selama Ibu Menyusui?

“Yang terburuk, karena sangat tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan gejala keracunan sampai (ibu) tidak sadar atau koma,” kata dokter yang sehari-hari praktik di RS Pondok Indah Bintaro, Banten.

Bukan cuma ibu, janin ikut terdampak. Bisa juga sampai pada keadaan bayi meninggal di dalam rahim. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko bayi meninggal mendadak dalam rahim.

Artikel terkait: Cerita Pasien Diabetes Anak, Tak Malu Suntik Insulin Sendiri di Sekolah

Diabetes gestasional—diabetes yang terjadi saat kehamilan—dapat terjadi mendadak meski ibu hamil tidak punya riwayat diabetes sebelumnya.

 

Peringatan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November 2018, jurnalis Liputan6.com menayangkan liputan khusus dengan topik "Diabetes pada Ibu Hamil." Tulisan ini mengangkat, risiko yang dialami ibu dan bayi saat ibu baru diketahui menderita diabetes jelang persalinan.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:


Tragedi janin meninggal dalam rahim pada ibu diabetes

Tragedi bayi meninggal dalam rahim karena ibu kena diabetes gestasional dialami wanita asal Inggris, Abby Lloyd.

Pada April 2010, wanita yang tinggal di Milton Keynes ini kehilangan bayi pertama yang diidam-idamkan. Sebelumnya, Abby pernah keguguran. Sehingga ia berharap kehamilan tersebut dapat berjalan lancar.

Namun, pada usia kehamilan 38 minggu, kontraksi terjadi yang menandakan Abby bakal melahirkan. Ia kemudian membeli beberapa jus kaleng dan milkshake untuk mengurangi rasa nyeri kontraksi. Sayangnya, pemeriksaan USG sebelum persalinan menunjukkan, bayi sudah meninggal dalam rahim.

“Dokter bilang padaku, ‘Kami sangat menyesal, tidak ada detak jantung pada bayi Anda,” kata Abby sesuai dikutip dari Friday Magazine.

Bayi pun dikeluarkan dari rahim dengan operasi caesar pada 18 April 2010. Ini karena ukuran bayi cukup besar dengan berat hampir 4,5 kg. Pemeriksaan baru diketahui, gula darah Abby naik jelang persalinan. Ia pun didiagnosis menderita diabetes gestasional. Selama kehamilan, rupanya Abby tidak pernah memeriksakan kadar gula darahnya.

 


Kondisi janin saat ibu alami diabetes

Janin didalam rahim juga terpengaruh diabbetes. (iStock)

Pengaruh diabetes pada ibu dan janin, kata Merwin, tergantung tergantung pada kadar gula darah dan serta usia kehamilan.

Pada umumnya gestasional diabetes terjadi pada akhir trimester 2 atau trimester 3. Tanda paling umum terjadi adalah ukuran bayi cenderung lebih besar daripada seharusnya. Janin pun ikut terpapar kadar gula darah yang tinggi.

Pemantauan kondisi perkembangan janin dilakukan dengan bantuan pemeriksaan USG berkala.

Dampak diabetes gestasional dan pre-gestasional—diabetes terjadi sebelum kehamilan—pada ibu hamil yang perlu diperhatikan adalah preeklamsia. Ini adalah komplikasi proses persalinan dan risiko diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.

Preeklamsia berarti fungsi plasenta dan kinerja aliran darah bisa terganggu. Kondisi ini terjadi karena beberapa faktor risiko seperti diabetes, hipertensi sebelum kehamilan, penyakit autoimmune, gangguan koagulasi darah, obesitas, riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya, usia ibu hamil di atas 40 tahun, kekurangan nutrisi, dan gizi sebelum dan selama kehamilan.

Komplikasi proses persalinan bisa berkaitan dengan dampak diabetes yang turut dialami janin. Ukuran janin yang dikandung ibu penderita diabetes terbilang besar dari ukuran janin pada umumnya.

Hal ini dapat diketahui dari pemeriksaan USG dapat mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain itu, USG juga mendeteksi bayi yang pertumbuhannya terlalu besar untuk usia seharusnya. Adanya ukuran yang besar berujung pada kebutuhan untuk ibu operasi caesar. Walaupun sebenarnya persalinan normal dapat dilakukan.

“Operasi caesar bisa dilakukan apabila kondisi ibu terdapat komplikasi, seperti tekanan darah meningkat, keracunan gula darah (diabetic ketoacidosis), keadaan jalan lahir kurang luas akibat peningkatanan berat badan yang terlalu banyak atau bengkak yang berlebihan maupun stamina ibu tidak mendukung untuk proses persalinan normal,” papar Merwin.

Tak hanya ukuran janin yang menjadi lebih besar dari bayi seusianya, bayi juga akan mengalami kelainan kongenital (cacat bawaan), lahir prematur, dan pertumbuhan janin terhambat.

Kelainan kongenital, kata Wismandari, terjadi karena ada gangguan pada pembuluh darah arteri ibu dengan pembuluh darah plasenta. Dalam hal ini, pasokan darah dan nutrisi tidak dapat diterima secara penuh oleh janin.

“Kelainan kongenital terjadi karena gula darah tinggi. Kemungkinan gangguan pasokan nutrisi itu membuat pertumbuhan organ (janin) terganggu. Misalnya, harusnya tulang tumbuh malah tulang tidak terbentuk sempurna. Kalau si ibu sudah positif diabetes biasanya sudah diwanti-wanti sama dokter. Bayinya nanti (ukurannya) besar lho,” kata Wismandari usai acara diskusi Diabetes dalam Kehamilan pada Kamis, 25 Oktober 2018 di Jakarta.


Kelola diabetes selama hamil

Ada cara kelola diabetes selama hamil. (iStockphoto)

Pada ibu hamil yang alami diabetes gestasional, pemeriksaan kadar gula darah sebelum dan selama kehamilan harus dilakukan. Pada umumnya, diabetes gestasional cenderung sering terjadi di atas usia kehamilan 24 minggu sampai melahirkan. Penyebabnya peningkatan berat badan dan perubahan pola makan.

“Kehamilan sendiri merupakan sebuah keadaan resisten terhadap hormon insulin. Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan, perubahan pola makan, kurang beraktivitas fisik. Semakin besar usia kehamilan, maka akan semakin sulit untuk mengelola kadar gula darah di dalam tubuh,” papar Merwin.

Resistensi insulin adalah kondisi saat sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik. Ini karena terganggunya respons sel tubuh terhadap insulin. Saat ibu hamil mengalami resistensi insulin, pankreas tetap memproduksi insulin, tapi sel-sel tubuh tidak menyerap glukosa. Hal tersebut menyebabkan ibu hamil secara alami mempunyai permasalahan pada pengelolaan gula darah. Untuk mengontrol gula darah, ibu hamil perlu mengatur pola makannya dengan baik.  

“Makanan (untuk ibu hamil) dibatasi itu enggak tepat. Bukan dibatasi, tapi diatur lebih seimbang. Diet seimbang, asupan karbohidrat, protein, dan lemak juga seimbang. Kenaikan berat badan pun enggak sampai melonjak,” kata Wismandari.

Bagi ibu hamil, perbanyak makan buah, asupan karbohidrat, dan serat 30 gram sehari. Hal ini juga berlaku pada ibu hamil yang punya riwayat diabetes pre-gestasional. Ibu yang derita diabetes gestasional biasanya gula darah naik tidak terlalu tinggi. Cukup makanan yang teratur biasanya sudah terkontrol sendiri.

“Yang ditakutkan bila gulanya naik, kemudian si ibu takut makan. Komposisi makanan saja yang diatur. Antisipasi semua jenis diabetes sama, yakni pola hidup sehat. Yang lebih utama, orangnya jangan sampai  gemuk. Kalau gemuk meningkatkan risiko diabetes,” lanjut Wismandari.

Apalagi orang yang lahir prematur biasanya ia akan mencoba atasi kekurangan berat badan dengan makan lebih banyak. Jika tidak terkontrol, badannya akan gemuk, bahkan obesitas. Kenaikan berat badan berlebih memicu terjadinya diabetes.

Pada jurnal Addressing Obesity In Diabetes, yang dipublikasikan American Associations of Diabetes Educators memaparkan, obesitas terjadi pada sekitar 36,5 persen dari orang dewasa di Amerika Serikat. Baru-baru ini pada 2013-2014, prevalensi obesitas dilaporkan mencapai 40 persen pada perempuan dan 35 persen pada laki-laki. Peningkatan diabetes terjadi, menurut laporan jurnal yang dipublikasikan pada Agustus 2018.


Pemberian insulin pada ibu hamil

Pemberian insulin pada ibu hamil perlu diperhatikan. (iStockphoto)

Salah satu cara menangani gula darah, tak terkecuali pada ibu hamil juga melalui pemberian insulin. Dari laporan jurnal Diabetes and Pregnancy, yang dipublikasikan Canadian Journal of Diabetes pada April 2018, terapi insulin harus individual dan teratur diberikan sesuai kebutuhan perubahan kehamilan.

Insulin secara intensif diberikan terus menerus sampai mencapai target glikemik (skor angka untuk menentukan seberapa cepat makanan diubah menjadi gula darah) yang normal (tidak terlalu tinggi). Pemberian insulin juga dilakukan pada wanita yang sudah terdiagnosis diabetes sebelum dan selama kehamilan.

Ada hal yang harus diperhatikan selama pemberian insulin pada ibu hamil. Kontrol kadar gula darah sesudah pemberian insulin, lanjut Merwin, yang ditakutkan risiko hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah). Pasien akan diajarkan cara memeriksa gula darah sendiri dan edukasi tanda-tanda hipoglikemia.

Tanda-tanda hipoglikemia di antaranya irama jantung yang tidak teratur atau jantung berdebar-debar, lemah, lesu, mengantuk, lapar, kulit pucat, dan tubuh hilang keseimbangan. Walaupun pemberian insulin termasuk cara yang utama, pada kondisi tertentu insulin juga tidak dapat diberikan.

“Pemberian insulin tidak dapat dilakukan pada saat kadar gula darah yang terlalu rendah ataupun pasien yang kurang bisa mengerti cara penggunaan insulin,” tegas Merwin.   

Ketika pemberian insulin tidak dapat dilakukan, ibu hamil juga  tetap ditangani diabetes. Diet nutrisi, aktivitas fisik, dan penggunaan obat minum akan disarankan kepada ibu hamil. Lebih lanjut Merwin, pasien ibu hamil yang disarankan menggunakan insulin biasanya pasien yang sudah mencoba diet seimbang, olahraga maupun obat, tapi tidak berhasil menurunkan kadar gula darahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya