Liputan6.com, Jakarta Di balik pesona yang begitu indah, Bali punya sebuah rumah sakit yang di dalamnya berdiri kokoh laboratorium mikrobiologi dan ruang isolasi untuk pasien dengan ancaman wabah penyakit.
Adalah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, yang merupakan rumah sakit kelas A milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Advertisement
Belum lama ini, Health Liputan6.com yang mengikuti kegiatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila F. Moeloek, di acara Pertemuan Tingkat Menteri The 5th Global Health Security Agenda (GHSA) diajak untuk melihat langsung isi dari RS Sanglah tersebut.
Kedatangan kami dan sejumlah jurnalis nasional mendapat sambutan hangat dari Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana M. Kes; Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD; Kepala Bidang Keperawatan Sekretaris Program Pengendalian Resistensi Anti Mikroba, Aa Sri Adilatri; Kepala Bagian Penunjang Pusat Pelayanan Isolasi Terbatas RSUP Sanglah, I Gusti Bagus Ken Wirasandi; beserta jajarannya.
I Wayan bercerita banyak mengenai rumah sakit yang dipimpinnya. Termasuk soal penanganan pasien terjangkit wabah, tidak sembarangan orang bisa masuk ke tempat tersebut.
"Kami juga menyiapkan ruang isolasi yang terstruktur. Jadi, saat ada yang suspect langsung dibawa ke ruang isolasi," kata Wayan.
"Kami, di Bali ini, ada struktur kerja saat kami mengetahui ada penyakit yang berdimensi wabah, satu-satunya rumah sakit yang dirujuk adalah di sini (RSUP Sanglah)," kata Wayan menambahkan.
Dengan kebijakan itu, sekalipun belum tentu penyakit yang diderita pasien tersebut wabah, rumah sakit yang lain pasti akan langsung merujuk ke RSUP Sanglah.
"Kalau ternyata wabah, dirawat. Kalau ternyata tidak, pulang," kata Wayan.
Di ruangan tersebut, ada beberapa orang perawat yang sudah dilengkapi dengan alat perlindungan diri (APD). Ruangan itu juga berdampingan dengan ruang jenazah.
"Pasien yang kena wabah dan meninggal harus diselesaikan di tempat tersebut. Sebelum dibawa ke ruang jenazah, itu sudah clear," ujarnya.
Sambil bercerita, Wayan yang pada hari itu mengenakan kemeja batik berwarna merah mengajak seluruh jurnalis masuk ke laboratorium mikrobiologi, tempat mengembangkan berbagai macam bakteri dan spesimen, baik dari virus menular dan tidak menular.
Wayan, mengatakan, bakteri-bakteri itu nantinya akan diteliti untuk menemukan antibiotik apa yang resisten dan sensitif terhadap mereka.
Ruang Isolasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah
Kemudian, kami diajak melangkah ke dalam ruang isolasi yang letaknya agak lebih dalam. Hari itu, berdasarkan pantauan Health Liputan6.com, ada orang dua pasien pasien yang terbaring sedang mendapatkan perawatan intensif.
Ruang tersebut adalah Ruang Perawatan Nusa Indah atau biasa disebut sebagai ruang isolasi terbatas. Bila sewaktu-waktu RSUP Sanglah mendapat sebuah informasi terkait pasien yang bertedensi wabah, akan selesai sampai di situ saja, dalam keadaan mati atau hidup.
"Sehingga kita berupaya memutus rantai penularan, untuk tidak menjadi rumah sakit sebagai penyebar virus," kata Kepala Bagian Penunjang Pusat Pelayanan Isolasi Terbatas RSUP Sanglah, I Gusti Bagus Ken Wirasandi.
Prosedur untuk sampai ke ruangan tersebut juga tak boleh asal. Gusti menjelaskan, RSUP Sanglah telah menyediakan jalur khusus, mulai dari berhentinya ambulans sampai menuju ruangan itu. Tata laksananya harus aman tanpa risiko penyebaran penyakit.
"Turun dari ambulance masuk ke sini. Dilakukan proses skrining di sini. Ruangan ini juga untuk menentukan apakah betul informasi yang di-suspect-an oleh perujuk, benar atau tidak," kata Gusti sambil menunjuk sebuah ruangan berukuran kecil penuh kaca, yang berdiri persis di sebelah kanan pintu masuk. Di dalamnya tampak satu tempat tidur beralaskan seprai berwarna hijau.
Setelah pasien masuk, pemeriksaan cepat harus segera dilakukan guna mengetahui diagnosis yang sebenarnya. Bila hasilnya bertedensi wabah, pasien akan dibawa ke ruang isolasi.
"Jika ternyata bukan merupakan tedensi wabah, kita pulangkan atau kita pindahkan ke ruang perawatan lain," ujarnya.
Menurutnya, tidak boleh sembarangan meletakkan pasien di ruangan sama. Itulah gunanya dilakukan pemeriksaan cepat.
Contohnya, untuk pasien-pasien yang suspect TB, RSUP Sanglah tidak akan mencampurnya dengan pasien yang sudah positif maupun yang tidak TB. Sederhannya, suspect itu masih sebatas 'kecurigaan' atau belum pasti.
"TB harus dengan TB. Kalau ternyata dia bukan TB, ya kita kumpulkan dengan pasien-pasien yang bukan TB," katanya.
Advertisement