Liputan6.com, Jakarta Kondisi Viara Hikmatun Nisa (14) mungkin tidak seperti remaja pada umumnya. Gangguan ginjal yang dia alami mengharuskannya duduk di kursi roda.
Walaupun begitu, kondisi tersebut tidak menghalangi Viara untuk berkreasi. Selama menjalani perawatan dan cuci darah, gadis yang juga sempat mengalami gizi buruk ini mengisi hari-harinya dengan menjalankan bisnis kecil-kecilan.
Advertisement
Lewat Instagram dan situs berjualan daring seperti Bukalapak, Viara menjual hasil kreasinya berupa gelang dan tas. Sang ayah, Syaihul Hady (38) mengatakan hal itu Viara lakukan mengalihkan rasa sakit akibat kondisi ginjal yang dia alami.
"Dokter-dokter di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) mungkin sudah tahu semua sama dagangannya Viara. Sampai jualan pulsa juga sama dokter dan susternya," ujar Hady kepada Health Liputan6.com di Kementerian Kesehatan, Jakarta ditulis Kamis (15/11/2018).
"Kalau di rumah sakit dokter-dokter banyak yang mengapresiasi. Viara bisa melakukan kreativitas seperti itu," tambahnya.
Hadi mengakui, jiwa kreatif dan bisnis Viara sesungguhnya sudah muncul sebelum dirinya menderita penyakit ginjal. Saat masih bersekolah, dia sering membawa barang dagangannya.
"Dulu sempat sekolah sampai kelas 3 SD. Dari situ sampai sekarang sudah tidak sekolah karena kondisi seperti itu."
Saat ini, Hady sendiri lebih sering memanggil guru untuk mengajar Viara. Hal tersebut karena aktivitas fisik gadis tersebut sudah sangat terbatas.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Berawal dari Usus Buntu
Hady menceritakan, gangguan ginjal Viara berawal dari usus buntu. Saat itu, dia menderita usus buntu di usianya yang ketujuh. Hadi dan sang istri Inwaningsih (38) akhirnya membawa putri pertamanya untuk operasi di RSUD Situbondo.
Sekitar enam bulan kemudian Hady membawa Viara untuk menjalani operasi lagi akibat kambuhnya kembung yang dialami Viara. Saat dibawa ke sebuah rumah sakit di Jember, ditemukan adanya pelengketan usus.
"Ternyata terkait dengan operasi usus buntu yang sebelumnya. Setelah operasi ternyata kurang lebih dua bulan kemudian kembung lagi, tidak bisa buang air besar lagi saya bawa ke Malang," tambahnya.
Di Malang, ditemukan kembali pelengketan usus dan harus dipotong 70 sentimeter karena adanya pembusukan.
Gadis kelahiran 22 Juli ini kemudian didiagnosa terkena lupus pertengahan 2014. Kondisi ini juga memicu gangguan ginjal yang mengharuskannya cuci darah.
Advertisement
Memboyong Keluarga ke Jakarta
Karena tidak ada fasilitas cuci darah untuk anak di daerah Jawa Timur, kedua orangtuanya memboyong Viara dan adik-adiknya ke Jakarta. Hingga saat ini, keluarga asal Situbondo itu menetap di Jakarta dan rajin membawa putri pertama dari ketiga itu ke RSCM.
Hady mengakui dirinya bukan berasal dari keluarga yang serba ada. Pengeluaran yang dia habiskan untuk cuci ginjal Viara jelas bukan hal yang murah. Beruntunglah, dia masih mendapat bantuan dari BPJS dan donatur.
"Kalau cuci darah di luar jam cuci darah itu kurang lebih sekitar Rp1.250.000 per satu kali cuci darah. Dalam seminggu harus dua kali cuci darah, kalau darurat bisa tiga kali. Pernah selama satu tahun itu dia tiga kali cuci darah karena kritis," jelas Hady.
"Kalau tidak ada BPJS tidak tahu deh kami. Karena ginjal itu kan terapinya terus menerus."
Transplantasi Ginjal Bulan Februari 2019
Viara sendiri masih akan menjalani transplantasi ginjal. Hal tersebut sudah direncanakan sejak dua tahun lalu namun terus menerus gagal. Beruntunglah, pada Februari dia akan mendapatkan donor ginjal dari sang ibu.
"Sekarang harus pakai ginjal ibunya. Sebenarnya kurang layak. Tapi karena ini urgent jadi harus terus dilakukan. Jadi kondisi ginjal mama-nya hanya 35 persen kondisinya, itu yang akan dikasih ke Viara," kata Hady yang menuliskan cerita perjuangan keluarganya dalam buku Gadis Kecilku tersebut.
Adapun, pertimbangan ini dilakukan karena sang ibu memiliki golongan darah yang sama dengan sang putri. Selain itu, beberapa donatur yang mengajukan diri juga dianggap tidak cocok.
Hady mengatakan, orangtua yang memiliki kondisi anak seperti dirinya haruslah bersabar. "Tidak ada pilihan selain bersabar. Terus berjuang sekuat tenaga, Insyaallah Tuhan kasih jalannya."
Di tengah keterbatasan itu, Viara pun sering kali menyisihkan hasil jualannya untuk ditabung serta zakat.
"Dia kalau Lebaran hasil dagangannya dibungkusin 50 ribuan dikasihkan ke orang tua-orang tua. Tidak tahu, itu timbul sendiri Lebaran kemarin," ujar Hady yang juga mendirikan Yayasan Ginjal Indonesia (YAGIN) ini.
Advertisement