3 Tari Tortor Danau Toba Dipentaskan demi Rebut Hati Wisatawan Malaysia

Masing-masing tari tortor dari Danau Toba yang ditarikan di Bandara Sepang, Malaysia, memiliki makna berbeda. Apa saja?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Nov 2018, 22:15 WIB
Penampilan penari Tortor Sawan (cawan putih). (dok. istimewa/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Sepang - Malaysia adalah negara yang jadi pasar utama pariwisata Danau Toba. Untuk meningkatkan kunjungan turis dari Negeri Jiran, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dan Kementerian Pariwisata mengadakan pertunjukan budaya di Malaysia bertajuk "Lake Toba Cultura Week 2018".

Acara tersebut digelar pada 9-13 November 2018 di Departure Hall Level 3, KLIA2, Sepang, Malaysia. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi siang (11.00-12.30) dan sesi sore (15.30-17.00), dengan mengangkat seni dan budaya Batak yang hidup dan berkembang di kawasan Danau Toba.

Dalam kesempatan ini, BPODT menggandeng Sanggar Dolok Sipiak dari Parapat, Kabupaten Simalungun, yang mengirimkan delegasi kesenian. Ini merupakan tindak lanjut dari pembinaan sanggar-sanggar seni yang telah dilaksanakan BPODT melalui dukungan pementasan berjadwal di beberapa titik di wilayah Danau Toba.

Mereka menampilkan tiga tarian, yakni Tari Tortor Manduda Simalungun, Tari Tortor Sawan (Cawan Putih), dan Tari Tortor Sipitu Sawan. Tari Tortor Manduda Simalungun adalah tarian yang dibawakan sebagai bentuk sukacita, karena selepas panen, para perempuan melakukan aktivitas 'manduda', yaitu menggiling beras menjadi tepung untuk membuat itak dalam perayaan panen raya.

Sementara, Tari Tortor Sawan (Cawan Putih), yaitu tortor yang dibawakan dalam bentuk sendratari. Mengisahkan tentang panuturi, yaitu Datu yang memberikan sawan berisi jeruk purut untuk manguruwat lokasi dan panortor sebelum Tortor Pangurason dengan Sawan dimulai.

Sedangkan, penampilan Tari Tortor Sipitu Sawan biasa digelar saat pengukuhan seorang raja. Tortor ini dipercaya berasal dari tujuh putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak Gunung Pusuk Buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (pisau tujuh sarung).

KLIA2 yang dikunjungi 58 juta orang pada 2017 diharapkan menjadi lokasi yang tepat untuk melakukan promosi Danau Toba dalam bentuk penampilan berbagai kegiatan seni budaya. Selain kegiatan pentas seni budaya, dilakukan juga pemutaran video promosi serta pembukaan information desk yang akan memberikan pelayanan informasi pariwisata Danau Toba.

Lake Toba Cultura Week 2018 juga merupakan upaya penyebarluasan informasi adanya perkembangan aksesibilitas terbaru, yaitu penerbangan langsung dari Kuala Lumpur (Subang dan KLIA2) ke Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara.

Penerbangan langsung itu diharapkan dapat menarik minat lebih calon wisman Malaysia untuk berkunjung ke Danau Toba. Dengan jarak tempuh satu jam penerbangan dari Malaysia, wisman dapat langsung mendarat di Bandara Silangit di tepian Danau Toba.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya