Pesan Terakhir Korban Tembok Roboh Beberapa Menit Sebelum Kejadian

Yanitra Octavizoli atau yang akrab disapa Yaya sempat mengirimkan pesan kepada temannya sebelum kejadian tembok sekolah roboh di Pekanbaru.

oleh M Syukur diperbarui 14 Nov 2018, 19:00 WIB

Liputan6.com, Pekanbaru - Heldi, tak kuasa menahan tangis saat melihat jasad Yanitra Octavizoli, sahabatnya, dimasukkan ke liang lahat. Sesekali, dia menyeka air matanya saat gundukan tanah tempat dara 17 tahun yang akrab dipanggil Yaya itu mulai ditaburi bunga.

Yaya merupakan siswi SMAN 14 yang menjadi korban robohnya tembok SDN 141 pada Rabu pagi (14/11/2018), saat mengantarkan adiknya. 

Heldi tak menyangka kepergian teman dekatnya itu begitu cepat. Tidak ada firasat, karena malam sebelum kejadian, keduanya sempat ngobrol di aplikasi online

"Sempat bergurau-gurau kami dalam chatingan itu," sebut Meldi kepada Liputan6.com di tempat pemakaman umum (TPU) Pahlawan Kerja di Jalan Kaharuddin Nasution, Rabu siang. 

Sebelum mengakhiri obrolan, Yaya mengutarakan permintaan maaf jika selama bergaul ada kesalahan. Meldi menanggapi hal tersebut dengan bercanda tanpa ada pikiran lebih jauh.

"Karena seperti bergurau gitu," ucap Meldi.

Selama bergaul, Meldi menyebut Yaya merupakan anak yang pintar. Yaya terkenal pendiam, tapi sesekali begitu riang ketika sudah berkumpul bersama.

Kejadian duka ini tentu saja mengagetkan Heldi. Apalagi pagi itu dirinya sudah menunggu Yaya untuk belajar bersama seperti biasanya.

"Seperti tidak percaya gitu," kata Heldi.

Kepada teman dekatnya ini, Heldi mendoakan agar Tuhan menempatkan Yaya di tempat terbaik, dibukakan pintu surga dan diampuni segala kesalahannya.

"Semoga baik-baik saja di sana," ungkap Heldi.

Sementara Riza, teman dekat Yaya lainnya tak menyangka musibah ini terjadi. Apalagi sebelum peristiwa tembok sekolah roboh, keduanya sempat berbalas pesan di telepon seluler.

"Pukul 06.47 WIB, kami sempat chatingan sebelum berangkat ke sekolah," ucap siswa seumuran dengan Yaya ini.

Menurut Riza, Yaya merupakan teman perempuan terdekatnya di sekolah. Kedua sering bercerita tentang kehidupan remaja seusianya.

"Sering cerita-cerita sama saya," ucap Riza.

Di mata Riza, Yaya merupakan anak pintar, tidak pelit, saling berbagi, tidak kasar dan rajin belajar. Diapun awalnya tidak percaya hingga akhirnya melepas teman dekatnya itu untuk selama-lamanya di pemakaman. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya