Liputan6.com, New York - Harga emas menguat usai alami aksi jual sehingga dorong tekanan dalam tujuh hari perdagangan. Harga emas untuk pengiriman Desember naik USD 8,7 atau 0,7 persen ke posisi USD 1.210,10 per ounce.
Pada perdagangan Selasa, harga emas berada di posisi USD 1.201,40. Sementara itu, harga perak menguat 0,7 persen atau 10,3 sen ke posisi USD 14,08 per ounce. Sebelumnya ditransaksikan di posisi USD 13.977.
Baca Juga
Advertisement
Data ekonomi yang dirilis pada Rabu waktu setempat menunjukkan indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) naik 0,3 persen pada Oktober. Ini kenaikan terbesar sejak Januari dan menyami perkiraan ekonom yang disurvei Marketwatch.
Selain itu, indeks dolar AS tergelincir 0,1 persen ke posisi 97,18. Dolar AS menguat mendorong harga emas melemah. Pada awal pekan ini, indeks dolar AS sempat sentuh level tertinggi 97,57 sejak awal Juni 2017.
Selanjutnya
Indeks dolar AS sudah naik 5,5 persen secara year to date (ytd) seiring harapan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve. Bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga pada Desember 2018 dan tiga kali pada 2019.
Suku bunga lebih tinggi dapat meningkatkan dolar AS dan permintaan suram untuk komoditas berdenominasi dolar AS. Akan tetapi, emas dapat menjadi aset safe haven seiring investasi berisiko akan tertekan pada 2019.
“Emas telah menjadi investasi yang sulit sejak 2012. Ketika kita melihat emas mendapatkan daya tarik, dolar AS mendapatkan kembali semangatnya. Kami melihat pembalikan yang tak terelakkan,” ujar Chris Weston, Kepala Peneliti Pepperstone Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch.
Ia prediksi, harga emas dapat kembali berkilau pada 2019 yang dipicu tanda-tanda yang sudah muncul . Adapun pergerakan harga komoditas lainnya antara platinum melemah 0,9 persen ke posisi USD 833,80 per ounce. Harga palladium naik 1,7 persen menjadi USD 1.110,20 per ounce. Harga tembaga untuk pengiriman Desember menguat 0,9 persen menjadi USD 2,71 per pound.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement