Upaya LSM Turunkan Indeks Persepsi Korupsi di Aceh

Aceh masih menjadi salah satu provinsi di Indonesia dengan indeks persepsi korupsi tertinggi. Kok bisa?

oleh Rino Abonita diperbarui 15 Nov 2018, 20:00 WIB
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif dan penyidik menunjukkan barang bukti hasil OTT di Gedung KPK, Jakarta, Senin (15/10/2018). KPK menetapkan 9 orang tersangka terkait kasus perizinan proyek pembanguan Meikarta di Kabupaten Bekasi. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Aceh - Menyambut Hari Anti Korupsi se-Dunia 9 Desember mendatang, LSM Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh menggelar acar "Optimalisasi Pencegahan Korupsi Terintegrasi di Provinsi Aceh". Acara yang digelar di Aula Poltekes Kemenkes Aceh, hari ini Kamis (15/11/2018) turut menghadirkan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif sebagai pembicara. 

Koordinator GeRAK, Askhalani, kepada Liputan6.com mengatakan, saat ini kasus korupsi yang terjadi di Aceh masih tinggi. Berdasarkan hasil indeks persepsi korupsi, perkara pidana korupsi di Aceh, 70 persen dilakukan pada sektor pengadaan barang dan jasa. Sumber uang ini berasal dari dana DOKA, APBA, dan APBN.

Kemudian ada korupsi sektor perencanaan dan penganggaran sekitar 10 persen. Sektor kebijakan, izin, dan sektor publik 10 persen, meliputi pungli dan lain-lain. 

"Sisanya adalah perkara bantuan sosial dan hibah serta aspirasi," sebut Askhalani.

Dia melanjutkan, tingginya korupsi di Aceh karena dipengaruhi oleh kebijakan sistem yang belum dibenahi, terutama pada sektor pengadaan barang dan jasa, yang menurutnya sangat mudah dirasuki kepentingan elit.

Melalui kegiatan 'Optimalisasi Pencegahan Korupsi Terintegrasi di Provinsi Aceh' yang digelar hari ini, dirinya berharap ada sebuah titik cerah dalam upaya menyerabut akar masalah korupsi di Aceh.

Selain Laode, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, juga akan menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut. Laode juga diagendakan mengisi seminar di Pascasarjana UIN Ar-Raniry pada siangnya. Esok Jumat, 16 November 2018, dia menjadi pembicara di Fakultas Hukum Unsyiah.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya