Program Warung Bukalapak Raup Hampir Rp 1 Triliun

Program ini menjadikan warung-warung sebagai agen transaksi dan reseller produk e-commerce tanpa mengharuskan pembeli mendatangi minimarket.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Nov 2018, 13:10 WIB
Co-founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid memamerkan inovasi terkini Bukalapak untuk meningkatkan inklusi digital. Liputan6.com/Tommy Kurnia

Liputan6.com, Jakarta Co-founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid memamerkan inovasi terkini Bukalapak untuk meningkatkan inklusi digital. Program ini berfokus pada pemberdayaan ekonomi mikro di Indonesia dengan menggandeng warung-warung tradisional.

Pada dasarnya, program ini menjadikan warung-warung sebagai agen transaksi dan reseller produk e-commerce tanpa mengharuskan pembeli mendatangi minimarket. Sehingga, program ini sejatinya bersifat O2O2O (Offline to Online to Offline).

"Jadi buat orang-orang yang belum melek teknologi, belum familiar, belum tahu bagaimana belanja online, mereka bisa datang ke warung ini, dan kemudian membayar di warung dengan cash. And then warung yang memesan, order on behalf of the costumer, melalui aplikasi Bukalapak," jelas Fajrin pada acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2018, di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Warung-warung tersebut tak hanya mengurus pembelian barang, melainkan pulsa (telepon dan listrik), tagihan telepon dan air, asuransi, tiket pesawat dan kereta, voucher game, dan investasi emas.

Fajrin menjelaskan, sejauh ini Bukalapak sudah memiliki total 400 ribu warung di seluruh Indonesia dan sukses secara finansial.

"Sekitar satu bulan lalu, inisiatif warung kita ini sudah berkontribusi hampir Rp 1 triliun pada bisnis Bukalapak," jelas dia.

Di depan warung-warung tersebut akan terpampang spanduk bertuliskan "Agen Bukalapak". Fajrin menyebut Bukalapak juga berusaha meningkatkan manajemen rantai suplai agar memudahkan pengiriman barang langsung ke warung mereka.

Kedepannya, Fajrin berharap bisa memberikan layanan keuangan yang lebih optimal kepada warung-warung tersebut dan para pembelinya agar inklusi finansial bisa menyentuh lebih banyak orang.


3 Merek E-Commerce yang Paling Diingat Konsumen

Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Industri e-commerce Tanah Air mulai menunjukkan perubahan wajah. Beberapa tahun lalu mungkin wajah-wajah e-commerce berjejalan, baik itu pemain lama, baru, berskala besar sampai kecil.

Eksistensi mereka sangat terasa, sehingga ketatnya kompetisi membuat hanya beberapa e-commerce yang berhasil bertahan brand-nya, termasuk menjadi top of mind di mata masyarakat.

MarkPlus Inc, selaku konsultan marketing di Indonesia, melakukan riset brand e-commerce yang berhasil menarik perhatian konsumen, serta menjadi pilihan mereka dalam berbelanja online.

Associate of High Tech, Property and Consumer Industry of MarkPlus Inc. Irfan Setiawan, mengatakan bahwa beberapa merek atau brand e-commerce saat ini sudah masuk usia matang.

"Pemain-pemain seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak adalah nama-nama pemain e-commerce yang paling sering disebut responden. Semisal Shopee, yang menjadi e-commerce paling banyak diakses oleh responden dalam tiga bulan terakhir," ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa (13/11/2018).

Selain itu, riset ini juga bisa menjadi acuan para pemain yang terlibat dalam industri e-commerce dan menjadi peta kompetisi terkini.

Dalam riset yang dilakukan, salah satu perilaku yang terlihat adalah sebanyak 46,1 persen responden mengakses platform e-commerce sebanyak empat kali dalam tiga bulan terakhir.

Smartphone juga menjadi gadget paling populer dalam mengakses e-commerce yaitu sebanyak 91,3 persen. Dari sini terlihat sebanyak 49,8 persen pengakses e-commerce membukanya lewat aplikasi mobile.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya