Liputan6.com, Jakarta Filantropi Indonesia menggelar Filantropi Indonesia Festival 2018 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pada 15-17 November. Rencananya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan turut hadir membuka festival ini.
Namun Jokowi urung hadir karena harus mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-33 di Singapura. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Bambang Brodjonegoro yang kemudian mewakili Jokowi pada acara ini.
Dalam sambutannya, Bambang Brodjonegoro menyampaikan permintaan maaf lantaran Jokowi tak dapat ikut serta dalam perayaan.
Baca Juga
Advertisement
Dia pun menekankan, tindak filantropis yang artinya berbagi kedermawanan tak harus dilakukan orang yang berlebih secara harta semata.
"Selama ini filantropi mungkin cenderung identik dengan orang kaya. Padahal sebenarnya ini lebih kepada suatu ketulusan niat. Ini yang rupanya yang salah ditanggapi sebagian besar masyarakat kita," jelas dia di Cendrawasih Hall, JCC, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Meski begitu, dia bersyukur lantaran saat ini telah ada program Sustainable Development Goals (SDGs) yang kerap digaungkan Bappenas. SDGs merupakan suatu bentuk kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.
"Jadi selain bicara tujuan kelanjutan pembangunan yang jadi mainstream di agenda perekonomian dunia, filantropi Indonesia pada saat yang sama membuka ruang bagi partisipasi siapa saja yang mau memberi dan membantu lewat kegiatan filantropis," tutur dia.
Dia turut mengutip laporan The World Giving Index yang menempatkan Indonesia berada di peringkat pertama negara paling dermawan di dunia. Hal tersebut seolah menunjukan bahwa toleransi tak harus diukur lewat tingkat kekayaan harta suatu bangsa.
"Indonesia ada di negara nomor satu dari berbagai negara yang pendapatan per kapitanya jauh di atas Indonesia. Ini mematahkan mitos, yang bilang kalau jadi filantropi harus banyak orang kaya. Kedermawanan hati untuk bantu sesamanya, ini yang jadi modal luar biasa," ujar dia.
Geser Myanmar, RI Jadi Negara Paling Dermawan Nomor 1 di Dunia
Untuk pertama kalinya, Indonesia mencapai peringkat teratas sebagai negara paling dermawan di World Giving Index 2018. Indonesia melewati negara-negara maju lain seperti Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, Singapura, dan Belanda.
Berdasarkan laporan Charities Aid Foundation (CAF) asal Britania Raya, Indonesia naik satu peringkat dari tahun sebelumnya dan menggantikan Myanmar yang selama empat tahun berturut-turut menempati posisi pertama.
Baca Juga
CAF mencatat, negara-negara maju (developed nations) menjadi makin dermawan, persentase mereka menyumbang uang naik dari 40 persen menjadi 42 persen. Sementara, persentase negara-negara berkembang (developing nations) untuk menyumbang uang turun dari 25 persen ke 21 persen.
Bila dilihat masing-masing kategori skor di antara 10 besar, Indonesia unggul di kategori Donasi Uang (78 persen) dan Waktu Menjadi Relawan (53 persen). Hanya saja. nilai Indonesia relatif rendah dari sejumlah negara lain di kategori Menolong Orang Asing (46 persen).
"Tahun ini begitu menentramkan karena jutaan orang lebih telah membantu orang lain dan menyumbangkan waktu mereka. Namun, turunnya (persentase) global dalam menyumbang uang adalah sebuah kekhawatiran, sebab efek kumulatif dari uang yang disumbangkan dapat memiliki efek luar biasa," ujar Chief Executive CAF Sir John Low.
Irlandia, Britania Raya, dan Singapura saat ini sedang meningkatkan skor dermawan mereka yakni masing-masing bertambah 3 persen, 5 persen dan 13 persen. Dan negara yang skornya paling jatuh adalah Myanmar yang turun 11 persen.
Advertisement