Liputan6.com, Palembang - Distribusi minyak mentah Pertamina melalui kapal tangki berkapasitas besar kini semakin sulit. Volume air di Sungai Musi semakin surut dan tidak bisa dilewati kapal besar. Hal ini sangat menyulitkan distribusi minyak mentah ke Kilang RU III Sungai Gerong Plaju Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), dan proses distribusi yang sangat panjang.
Menurut Andi Prihantono, Engineering & Development Manager RU III Pertamina, distribusi minyak mentah Pertamina RU III berasal dari lapangan minyak lepas berbagai tempat, di antaranya dari Lapangan lepas pantai Arjuna, Banyu Urip, dan Klamono.
“Minyak mentah ini diangkut melalui melalui Ship To Ship (STS) yaitu menggunakan kapal Large Range (LR) dan kapal Medium Range (MR) ke Muntok,” ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (15/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
Kapal LR sendiri berkapasitas angkut minyak mentah sebanyak 400 mb atau sekitar 45.000 – 80.000 Dead Weight Tonnage (DWT). Sedangkan Kapal MR berkapasitas angkut 250 mb atau sekitar 25.000 hingga 45.000 DWT.
Dari Muntok, minyak mentah ini dipindahkan menggunakan kapal shuttle jenis General Purphose (GP) dengan kapasitas sekitar 10.000 -25.000 DWT.
“Kapal inilah yang membawa minyak mentah ke crude Pertamina RU III di Sungai Gerong Plaju Palembang,” ucapnya.
Penggunaan kapal shuttle GP ini ternyata tidak selalu memuluskan distribusi minyak mentah. Seperti tingginya biaya operasional kapal, yang hanya bisa mengangkut minyak mentah dalam jumlah sedikit secara kontinu.
Saat pengangkutan minyak mentah ke crude Pertamina RU III, kapal shuttle GP juga sering terkendala cuaca buruk, seperti kabut asap di perairan Sungai Musi. Durasi pengangkutan akan jauh lebih lama, karena harus bergantian dengan kapal angkutan lainnya, yang diatur instansi terkait.
“Kita juga tidak bisa menggunakan kapal bermuatan besar dan sedang masuk ke perairan Sungai Musi. Karena volume air Sungai Musi terutama di Palembang sangat dangkal,” kata General Manager (GM) RU III Pertamina Yosua IM Nababan.
Bangun Tangki Storage
Beberapa kendala ini akhirnya membuat Pertamina mengambil cara lain untuk memudahkan distribusi minyak mentah ke crude RU III. Salah satunya dengan membangun Project Crude Open Access di Katima Bongkok, Kabupaten Banyuasin Sumsel.
Di kawasan ini akan dibangun tempat penyimpanan tangki sebagai tempat penyimpanan minyak mentah. Distribusi minyak mentah yang panjang akan lebih dikerucutkan. Kapal bermuatan besar dan sedang dari Muntok akan bisa langsung mengirimkan minyak mentah ke Katima Bongkok.
“Kita akan membuat piping system dengan memasang pipa dengan menggunakan lahan sepanjang 96 kilometer, dari Katima Bongkok ke Crude RU III Pertamina Plaju Palembang,” katanya.
Dengan pendistribusian seperti ini, Pertamina mengklaim biaya distribusi akan semakin murah. Proyek baru ini masih dalam tahap penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pertamina juga sudah berkomunikasi dengan instansi di Sumsel dan pusat, untuk memuluskan proyek ini. Project Crude Open Access ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021-2022.
“Proyek ini sudah dilakukan evaluasi beberapa kali, seperti pertimbangan ekonomi layak tidaknya. Terlebih akan melintasi lima kecamatan di Banyuasin. Jadi, sudah sosialisasi dan proses pembebasan lahan ke warga setempat,”ujarnya.
Baca Juga
Kaleidoskop Pelembang 2024: Pesta Mewah Crazy Rich, Pembunuhan Sadis Mirip Vina Cirebon, Koas Unsri Dianiaya
Deretan Bisnis Sri Meilina, Ibu Mahasiswi yang Picu Penganiayaan Dokter Koas Unsri di Palembang
Kejanggalan Kasus Penganiayaan Dokter Koas Unsri di Palembang, Sopir Honorer BPJN hingga Dugaan Pelat Mobil Palsu
Advertisement