Berikan Bantuan Besar, Kedatangan China Disambut Meriah di Papua Nugini

Papua Nugini menyambut meriah kedatangan China pada ajang APEC, mengingat besarnya bantuan yang telah diberikan Beijing sejauh ini.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Nov 2018, 13:00 WIB
Presiden China Xi Jinping menyantap pancake buatannya bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di sela acara Eastern Economic Forum di Vladivostok, Rusia, Selasa (11/9). (Sergei Bobylev/TASS News Agency Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Port Moresby - Pemerintah Papua Nugini dikabarkan menyambut antusias kedatangan Presiden China, Xi Jinping, yang bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya dalam pertemuan puncak APEC pada pekan ini.

Sebuah reklame besar di ibu kota, Port Moresby, menyambut kedatangan Xi Jinping, menggambarkan dia menatap dengan ramah pada pemimpin Papua Nugini.

Bahkan, sebagaimana dikutip dari ABC News pada Jumat (16/11/2018), hotel tempat Xi menginap dihiasi dengan lampion-lampion merah khas China.

Segala hal tentang China ada di seluruh Port Moresby, mulai dari jalan protokol hingga gedung konvensi internasional yang dibangun dengan bantuan dana dari Beijing, yang dijuluki "China Aid".

Pada malam kedatangan Xi, surat kabar setempat memuat pernyataan satu halaman penuh dari pemimpin China.

Ia mendesak negara-negara kepulauan Pasifik untuk "memulai perjalanan baru" hubungan dengan China, yang telah menunjukkan perubahan signifikan untuk menjadi kekuatan ekonomi utama di tingkat global.

Melalui tindakan dan pernyataannya, Xi Jinping disebut memiliki pesan menarik bagi negara-negara kepulauan Pasifik Selatan yang rapuh, di mana sejauh ini kerap ditopang oleh sekutu Amerik Serikat, Australia.

Banyak pengamat mengatakan bahwa pertemuan APEC, yang kali ini diadakan di Port Moresby, adalah ajang bagi China untuk menunjukkan dominasinya.

Terlebih, dengan absennya Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan rekannya dari AS, Donald Trump, dalam agenda besar di kawasan Pasifik itu.

Sementara itu, suara Amerika Serikat hanya diwakili oleh Mike Pence selaku wakil presiden Negeri Paman Sam, yang bermalam di Kota Cairns di utara Australia, dan terbang setiap hari ke Port Moresby.

Adapun Scott Morrison, yang merupakan pemimpin kelima Australia dalam lima tahun terakhir, hampir tidak dikenal di luar negeri.

"Presiden Xi Jinping adalah teman baik Papua Nugini," kata perdana menteri setempat, Peter O'Neill, kepada wartawan.

"Dia telah terlibat banyak dalam pembangunan Papua Nugini dan saya telah mengunjungi China 12 kali dalam tujuh tahun terakhir," lanjutnya.

 

Simak video pilihan beirkut: 

 


Bantuan Datang Tanpa Pengawasan

Presiden China Xi Jinping disambut dengan meriah saat tiba di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby (AP/Aaron Favila)

Negara-negara kepulauan Pasifik, sebagian besar berlokasi terpencil dan miskin, jarang terlihat menonjol di panggung dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kawasan tersebut telah tekun dirayu oleh Beijing sebagai bagian dari upaya global untuk membiayai infrastruktur yang memajukan kepentingan ekonomi dan diplomatiknya.

Papua Nugini dengan sekitar 8 juta orang penduduk, sejauh ini, adalah negara yang dinamis. Luasnya hutan hujan tropis serta kaya akan cadangan minyak dan gas, menjadikannya incaran eksploitasi ekonomi.

Di lain pihak, sebanyak enam dari 16 negara kepulauan Pasifik masih memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, menjadikan tekanan China semakin kuat terhadap negara pulau yang dinilai sebagai provinsi pembangkang itu.

Bantuan dan pinjaman dari China, menurut pengamat, dapat mengubah sisa enam negara di Pasifik tersebut menjadi pendukungnya.

Pijakan militer di kawasan itu akan menjadi dorongan geostrategis yang penting bagi China, meskipun keinginannya tersebut sejauh ini telah digagalkan oleh kritik internasional.

Bantuan Beijing datang tanpa pengawasan negara-negara Barat, dan organisasi seperti Bank Dunia atau Dana Moneter Internasional.

China menjanjikan bantuan keuangan senilai US$ 4 miliar (setara Rp 58,2 triliun) untuk membangun jaringan jalan nasional pertama di Papua Nugini, yang membelah pegunungan.

Namun para ahli memperingatkan mungkin bantuan itu berisiko besar nantinya, seperti utang tidak berkelanjutan, dan yang terburuk adalah meluasnya kendali China atas kebijakan politik di Papua Nugini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya