Liputan6.com, Jakarta: Pihak Markas Besar Polri membeberkan video bentrokan di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, yang terjadi Sabtu pekan silam. Dalam video tersebut terlihat dari hari pertama warga berunjuk rasa hingga akhirnya dibubarkan paksa aparat kepolisian.
Massa terlihat membawa berbagai macam senjata, seperti parang, tombak, senjata tembak ikan, kayu, dan lain sebagainya. Hari pertama hingga hari keempat polisi masih menoleransi aksi membawa senjata tajam itu.
"Masa bawa senjata tajam, sebenarnya tidak boleh, tapi kita toleransi. Mereka menggunakan anak-anak dan wanita sebagai tameng. Kemudian petugas sudah berusaha melarang massa untuk berunjuk rasa di pelabuhan. Selama empat hari aman," tutur Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Pol. Saud Usman Nasution menjelaskan isi video di Jakarta, Selasa (27/12).
Selama empat hari, aparat terus melakukan upaya pendekatan kepada massa secara baik-baik. Polisi akhirnya terpaksa membubarkan paksa massa dengan tembakan ke atas. Namun, Saud tidak menjelaskan isi peluru dalam senjata tersebut apakah peluru karet atau tajam.(APY/ANS)
Massa terlihat membawa berbagai macam senjata, seperti parang, tombak, senjata tembak ikan, kayu, dan lain sebagainya. Hari pertama hingga hari keempat polisi masih menoleransi aksi membawa senjata tajam itu.
"Masa bawa senjata tajam, sebenarnya tidak boleh, tapi kita toleransi. Mereka menggunakan anak-anak dan wanita sebagai tameng. Kemudian petugas sudah berusaha melarang massa untuk berunjuk rasa di pelabuhan. Selama empat hari aman," tutur Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Pol. Saud Usman Nasution menjelaskan isi video di Jakarta, Selasa (27/12).
Selama empat hari, aparat terus melakukan upaya pendekatan kepada massa secara baik-baik. Polisi akhirnya terpaksa membubarkan paksa massa dengan tembakan ke atas. Namun, Saud tidak menjelaskan isi peluru dalam senjata tersebut apakah peluru karet atau tajam.(APY/ANS)