Liputan6.com, Jakarta Bakteri terus berkembang, mereka bisa menyesuaikan diri untuk bertahan hidup dari "serangan" obat-obatan antibiotik. Hal ini menyebabkan peneliti tidak mudah menemukan antibiotik baru yang ampuh melawan bakteri penyebab penyakit.
Medical Director Pfizer Indonesia Handoko Santoso mengatakan penelitian untuk menghadirkan antibiotik yang ampuh melawan bakteri terus dilakukan. Namun, sekali penelitian belum tentu berhasil. Bahkan, seratus kali percobaan, belum tentu ada molekul yang ditemukan untuk penggunaan antibiotik yang efektif.
Advertisement
"Ini yang jadi kendala bagi industri farmasi dalam penelitian dan pengembangannya. Tidak hanya antibiotik tapi semua obat-obatan," kata Handoko di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat ditulis Jumat (16/11/2018).
Antibiotik terbaru merupakan modifikasi yang lama
Sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Anis Karuniawati mengatakan selama ini obat-obatan antibiotik yang beredar hanyalah modifikasi dari bentuk lama.
"Di industri farmasi juga belum ada antibiotik yang baru. Yang ada hanya memodifikasi yang sudah ada untuk digunakan pada pasien," kata Anis yang juga Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mirobiologi Klinik Indonesia (PAMKI).
"Bakteri memang mudah untuk mengubah dirinya, mengubah sifatnya untuk menjadi kebal. Memang ada beberapa mekanisme yang bisa dijelaskan secara ilmiah," tambah Anis yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran UI tersebut.
"Ada yang karena menyimpan obatnya tidak benar. Sehingga manfaatnya menjadi turun jika diberikan pada pasien," ungkap Anis.
Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak membeli antibiotik sembarangan tanpa resep dokter, atau di toko-toko obat yang tidak menjamin kualitas obat-obatannya.
Advertisement