Liputan6.com, Jakarta - Banyak isu yang menjamur soal tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) pada tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini. Ada masalah yang berkaitan dengan Tes Karakteristik Pribadi (TKP), kesalahan teknis, sampai isu pribadi peserta.
Ada seorang peserta yang disorot oleh panitia setempat karena memakai 15 menit waktu berjalannya tes untuk sholat ashar. Ada pula peserta yang sampai ketahuan membawa jimat.
Baca Juga
Advertisement
Hasil final tes SKD akan diumumkan pada 18 November 2018 mendatang, meski sampai saat ini Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) tengah melakukan rapat sebagai follow up atas banyaknya peserta yang gagal, akibatnya kuota untuk mengikuti Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) tidak terisi.
Panselnas pun berdiskusi dan menghasilkan dua opsi agar memenuhi kuota SKB: pengurangan passing grade atau perangkingan.
Sembari menunggu hasil rapat Panselnas, berikut sejumlah kisah tidak biasa dari berjalannya tes SKD. Dilansir dari Dream, berikut empat kisahnya.
1. Huruf Mengecil
Tak hanya soal SKD yang sukar, seorang peserta tes CPNS 2018 juga mengeluhkan tampilan huruf di lembar pertanyaan ujian.
Puspita Nuari, salah seorang peserta ujian CPNS mengaku menemukan beberapa soal yang tampilan hurufnya tidak sama.
"Memang nggak banyak, tapi ada. Misalnya, default itu Calibri (ukuran) 11. Terus, nanti tiba-tiba ada di nomor berapa yang (hurufnya) Times New Roman (ukuran) 8," kata Pita ketika menceritakan pengalamannya mengikuti tes CPNS kepada Dream di Jakarta, ditulis Rabu 14 November 2018.
Pita, sapaannya, mengaku jika persoalan ini mungkin dianggap sepele oleh peserta seleksi CPNS lainnya. Tapi, pelamar CPNS untuk formasi penyuluh bahasa di Balai Bahasa Jawa Barat ini, merasa “ lucu” dengan kejadian tersebut.
"Masih kebaca, sih. Cuma kaget dan lucu saja tiba-tiba (hurufnya) mengecil," kata dia.
Menanggapi penuturan peserta CPNS tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Syafruddin, mengatakan tak ada keluhan tampilan soal yang diterima tentang ujian CPNS.
“ Itu urusan dengan BKN (Badan Kepegawaian Negara), saya tidak urus. Yang jelas, sekarang laporan dari BKN hanya running aware, tapi pernah kesangkut dua hari karena jaringan dan gigabyte. Itu kesalahan teknis. Tapi, lebih dari 90 persen tidak ada yang mengeluh soal itu,” kata dia.
Advertisement
2. Sisihkan Waktu untuk Ibadah
Uswatun Hasanah, peserta asal Gorontalo justru melepas waktu 15 menit ketika SKD berlangsung. Dia menggunakan waktu itu untuk menunaikan sholat Ashar.
Meskipun kehilangan waktu pengerjaan SKD, Uswatun lolos PG. Dia mendapatkan total skor 309 dari TWK 85 poin, TIU 80, dan TKP 114. Ia pun mendapatkan apresiasi dari para warganet.
"Miris juga ada sobat yang masih berpikiran negatif. CAT (Computer Assisted Test) is the real competition. No KKN. Kita harus yakin bahwa Tuhan yang mengatur nasib setiap hambanya. Buktinya, teman kita dari Gorontalo, Uswatun Hasanah, kehilangan waktu 15 menit demi salat Ashar. Dia tetap yakin ada Allah yang menolongnya, dan hasilnya PG," cuit Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKKPD) Pohuwatu, @bkkpdpohuwatu, dikutip Dream.
3. Lupa Makan, Konsentrasi Buyar
Kali ini, ada peristiwa unik di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dikutip dari Floresa, Sabtu 10 November 2018, peserta CPNS bernama Yohana Elyanti Assan memilih meninggalkan ruangan ujian karena lapar. Pelamar formasi guru kelas ahli pertama ini belum sempat makan saat berangkat karena takut terlambat.
"Saya lapar. Saya datang ke sini sejak jam setengah satu, belum sempat makan karena takut terlambat," kata Yohana saat meninggalkan lokasi tes di kantor BKPP Kabupaten Manggarai.
Dia adalah peserta tes sesi ke tiga yang berlangsung pada pukul 14.00-15.30 WITA. Awalnya, Yohana mengikuti tes di ruangan 1. Petugas yang memantau ruang tersebut melihat Yohana keluar ruangan pada saat tes baru berlangsung beberapa menit. Saat itu, ia meminta air minum hangat.
Selanjutnya, pada pukul 15.09 WITA Yohana keluar ruangan lagi. Ia mengeluh pusing dan lapar. Pengawas ruangan lalu menanyakan apakah Yohana masih bisa lanjut mengerjakan soal tes atau tidak.
Yohana tampak bingung, lalu kembali ke dalam ruangan. Namun, sekitar lima menit kemudian, ia keluar ruangan dan menyatakan tak sanggup lagi melanjutkan ujian.
"Saya pulang saja, Pak," kata dia, namun berdasarkan informasi dari pengawas ruangan peserta tersebut meninggalkan ruangan setelah menyelesaikan semua soal tes.
Advertisement
4. TKP Jadi Biang Keladi
Tes SKD CPNS 2018 menjadi buah bibir belakangan. Dari 1,7 juta peserta yang dinyatakan lolos, ternyata hanya 8 persen saja yang bisa memenuhi syarat minimal passing grade.
Mulai dari pertanyaan yang rumit hingga waktu pengerjaan yang dianggap terlalu singkat dituding jadi biang keladi. Sulitnya soal-soal ujian SKD ini diakui oleh salah seorang peserta seleksi CPNS, Puspita Nuari.
"Waktu 90 menit untuk 100 soal itu mepet. Kalau kalimat pertanyaan dan jawabannya mudah dipahami, enggak apa-apa, sih," kata wanita yang dipanggil Pita, ketika dihubungi Dream melalui sambungan telepon.
Dia mencontohkan pembukaan tes Tes Karakteristik Pribadi (TKP) bisa sepanjang 1-2 kalimat. "Jawabannya mirip-mirip," kata Pita.
Pita, sapaannya, menyontohkan soal tentang cara menyimpan data perusahaan yang penting. Dalam soal tersebut, peserta diminta memilih salah satu jawaban dari lima opsi jawaban, di antaranya adalah back up data di tempat yang aman, memperbarui antivirus secara berkala, atau mengganti password secara kontinu.
Pita menilai pilihan yang mendekati jawabannya itu adalah mengganti password secara berkala.
"Mengapa yang satu pakai ‘secara berkala’ dan yang satu ‘secara kontinu’. Bikin bingung saja. Apa bedanya ‘secara berkala’ dan ‘kontinu’," kata dia.
Untuk Tes Intelegensi Umum (TIU) dan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Pita mengaku tak menemukan kendala. Dia mengatakan TIU merupakan soal yang menyenangkan karena jawabannya sudah pasti, seperti soal memperbaiki ejaan bahasa.
"Soal TWK itu sebenarnya lumayan susah kalau nggak pernah belajar Sejarah dan PPKN yang mendalam. Yang membuat soalnya mudah karena soal itu masih bisa dinalar,” kata dia.
Di tes kali ini, dia mendapatkan total nilai 308 yang terdiri atas 105 TWK, 80 TIU, dan 123 TKP.
"Kurangnya di TKP,” kata Pita yang tahun ini melamar untuk formasi penyuluh di Balai Bahasa Jawa Barat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Reporter: Arie Dwi Budiawati
Sumber: Dream.co.id