Facebook Klaim Hapus Banyak Konten Spam, Kekerasan, dan Akun Palsu

Facebook mengklaim perusahaannya telah menghapus banyak sekali konten spam, kekerasan, hingga akun palsu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Nov 2018, 18:49 WIB
Ilustrasi Facebook. (Foto: Fox News)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengklaim perusahaannya telah menghapus banyak sekali konten spam, kekerasan, hingga akun palsu.

Laporan ini dirilis setelah Facebook dituding tak kompeten dalam membasmi konten negarif dan akun-akun palsu.

Upaya Facebook ini menekankan pada penghapusan konten negatif sebelum para pengguna lain melihat konten tersebut dan sebelum ada permintaan take down konten dari negara-negara.

Periode penghapusan konten negatif oleh Facebook yang dilakukan sejak Juli hingga September 2018 lebih banyak ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya.

Menurut laman The Verge yang Tekno Liputan6.com kutip, Jumat (16/11/2018), Facebook telah menghapus 2,1 juta dan 8,7 juta konten bernada bullying dan kekerasan dan pornografi anak.

Sementara jumlahh unggahan spam yang dihapus  mencapai 1,23 miliar konten. Tahun sebelumnya, jumlah konten spam yang dihapus mencapai 900 jutaan koten.

Facebook mengatakan, di antara konten-konten yang dihapus sebagian besar adalah spam dan ada juga akun palsu terkait kampanye propaganda politik.

Selanjutnya, konten yang juga dihapus Facebook adalah kekerasan. Menurut laporan Facebook, perusahaan telah men-take down 15,4 juta konten kekerasan sepanjang Juni hingga Agustus 2018.


Facebook Hapus 7,9 Juta Konten Kekerasan

CEO Facebook Mark Zuckerberg (Foto: Wallpapers Web)

Sementara pada April hingga Juni 2018, ada 7,9 juta konten kekerasan yang dihapus. Sebelumnya Facebook pada Oktober hingga Desember 2017, Facebook malah hanya menghapus 1,2 juta konten kekerasan.

Reaksi Facebook juga diklaim makin baik dalam men-take down konten negatif. Pasalnya, mereka menghapus konten sebelum pengguna melaporkannya alias melakukan upaya proaktif.

Facebook mengaku, menemukan 96 persen materi konten ngatif, sementara pada tahun lalu Facebook hanya menemukan 71 persen, sisanya berasal dari laporan pengguna.

Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini juga mengaku, lebih banyak menemukan ujaran kebencian ketimbang tahun lalu.

 


Laporan dan Permintaan dari Pemerintah

CEO Facebook Mark Zuckerberg. Dok: marketwatch.com

Sampai saat ini, Facebook masih berjuang untuk menangani permintaan pemerintah terkait data pengguna. Di mana, permintaan akan data pengguna meningkat 26 persen ketimbang tahun 2017.

Facebook juga kian banyak melakukan upaya pemblokiran terhadap negatif atas permintaan pemerintah suatu negara. Di antara konten-konten negatif, sejauh ini Facebook paling banyak melakukan pemblokiran di India.

Tidak hanya itu, sekelompok LSM yang bergerak dalam bidang HAM juga meminta Facebook untuk merilis data tentang seberapa seringnya memulihkan konten yang dihapus karena error.

Saat ini, Facebook belum memberikan data yang diminta, namun perusahaan disebut-sebut menawarkan lebih terbuka menawarkan informasi ketimbang tahun lalu.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya