Menaker Buka Creative Room untuk Industri Animasi di Bekasi

Dukung industri animasi, Menaker bikin Creative Room di Bekasi.

oleh Cahyu diperbarui 16 Nov 2018, 19:36 WIB
Dukung industri animasi, Menaker bikin Creative Room di Bekasi. (foto: dok. Kemnaker)

Liputan6.com, Bekasi Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri, meresmikan penggunaam Creative Room dan meluncurkan film Animasi NANO Millenial Force di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Bekasi (BBPLK) Bekasi, Jumat (16/11/2018). Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung perkembangan industri animasi di Tanah Air.

Menurut Hanif, keberadaan creative room merupakan salah satu bentuk fasilitas pemerintah untuk pengembangan digital skills anak-anak muda yang bertalenta di bidang animasi dan games.

"Tren ke depan, animasi dan games menjadi salah satu bisnis atau industri yang terus berkembang. Karena itu, penyiapan tenaga skills di bidang animasi sangat penting. Terlebih konten animasi masih dikuasai produk luar negeri, " ujarnya.

Melalui fasilitas pelatihan yang tersedia di Creative Room tersebut, Hanif berkeinginan anak-anak muda bisa berkreasi dengan memberikan konten-konten bertema Indonesia dalam film-film animasi.

"Ini (Creative Room) salah satu mimpi besar saya karena saya ingin ada terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan pelatihan vokasi. Creative Room ini salah satu target saya sebagai Menaker untuk bisa upgrade kejurusan Teknologi Informasi di Bekasi yang fokus animasi dan games, " ucapnya.

Guna memenuhi kebutuhan industri animasi, imbuh Hanif, Kemnaker melalui BBPLK Bekasi mengadakan pelatihan Movie Animator, antara lain 3D Modelling, 3D Animate, 3D Rigging, Editing & VFX, Storyboarding, Character Design, dan Teaching Factory.

“Pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan/skill animator dan dapat terserap ke industri dengan bekerja di studio-studio maupun perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam bidang animasi," kata dia.

Hanif pun menyambut positif studio Creative Room yang selesai dalam satu tahun telah memproduksi film kartun secara mandiri yakni NANO Millenial Force. Untuk meningkatkan kualitas produksi film, ia memberikan target Dirjen Binalattas dan BBPLK untuk bisa bekerja sama dengan dua industri atau dunia usaha di bidang terkait, seperti Pixar dan Disney.

"Kalau bisa kerja sama dengan dua perusahaan itu, saya yakin standar dan kualitas dari digital skills anak-anak muda yang belajar di BBPLK akan berstandar internasional. Jadi tak ada sia-sianya orang menghabiskan waktu untuk belajar di studio creative ini," ujar Hanif.

Terpenting saat ini, lanjutnya, bagaimana melakukan masifikasi pengembangan digital skills di kalangan anak-anak muda di tengah tingginya antusiasme mereka di bidang animasi. Artinya, harus makin banyak anak muda yang menguasai kompetensi digital skills.

"Kalau Teknologi Informasi secara keseluruhan ada 6000 alumni setahun. Animasi ya sekitar 1/3 nya. Setahun bisa mencapai 2000 anak, itu sudah lumayan," ucap Hanif.

Dalam kesempatan tersebut, dirinya mendorong alumni pelatihan animasi di BBPLK untuk bisa menduduki posisi level menengah ke atas. Karena itu, upgrading kejuruan menjadi sangat penting. Contohnya, di BLK Semarang kejuruan menjahit di-upgrade ke fesyen teknologi. Begitu selesai pelatihan alumni BLK bukan menjadi operator di tingkat paling bawah tapi bisa menjadi asisten desainer.

"Sama seperti di animasi masuk industri bukan sekedar operator komputer biasa tapi sudah naik level," kata Hanif.

Tambahnya, orientasi kedua adalah penegembangan kewirausahaan.

"Jangan salah, sudah ada alumni pelatihan BLK yang sudah membangun bisnis animasi di Bekasi," ujar Hanif.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya