Generasi Milenial Kuasai Investasi di Pasar Modal

Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi jumlah investor saham kalangan milenial mengalami pertumbuhan paling cepat.

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Nov 2018, 16:31 WIB
Suasana saat peserta mengikuti kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Solo - Jumlah investor perorangan atau Single Investor Identification (SID) di pasar modal yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai 1,5 juta orang.

Direktur KSEI, Syafruddin mengatakan, dari jumlah tersebut didominasi oleh investor anak muda atau kaum milenial. KSEI mencatat dunia investasi tidak lagi identik dengan usia tua.

Data menunjukkan untuk investor rentang usia 21-30 tahun sebanyak 34,08 persen, kedua usia 31-40 tahun sebanyak 25,64 persen, ketiga 41-50 tahun sebanyak 19,16 persen, usia 51-60 sebanyak 10,98 persen, usia 61-70 tahun sebanyak 4,23 persen dan usia di atas 70 tahun sebanyak 1,52 persen.

"Usia masih muda-muda. Kalau dari jenis kelamin juga terlihat pria masih lebih banyak mencapai 59,4 persen. Sisanya perempuan. Dari pendidikan juga terlihat lulusan S1 51 persen, minimal pendidikan SMA banyak juga sekitar 31 persen,” kata Syafruddin di Solo, Jawa Tengah, ditulis Minggu (18/11/2018).

Dalam kesempatan serupa, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi jumlah investor saham kalangan milenial mengalami pertumbuhan paling cepat.

"Investor saham per hari ini tumbuh 200 ribu. Usia di bawah 35 tahun itu pertumbuhannya paling cepat. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar dia.

Meskipun pada awal tahun, Hasan mengatakan, pihaknya hanya menargetkan 130 ribu investor tambahan. Untuk alasan ini, ia menyadari strategi khusus diperlukan untuk mempertahankan tren pertumbuhan investor milenium.

"Kami sadari hal ini bersama dengan OJK dan mitra sepakat untuk mengemas produk yang pada prinsipnya mempermudah akses investor muda. Misalnya dengan menerbitkan produk terjangkau, dengan dana awal Rp 100 ribu mahasiswa sudah bisa transaksi saham dan reksa dana,” ujar dia.

Dia mengungkapkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan membuat relaksasi yaitu menjadi mudah dalam membuka rekening saham. Tujuannya adalah untuk menarik calon investor milenial lainnya.

Selain itu, Hasan juga mengapresiasi munculnya komunitas investor pemula. Dia menuturkan, komunitas tersebut adalah tempat bagi para investor milenial untuk saling belajar dan memahami metode investasi dengan baik. Hasan berkomitmen, dia akan merespon dengan baik dengan munculnya komunitas.

"Bursa dan pelaku lainnya akan memberikan ruang bagi komunitas investor saham pemula untuk menularkan semangat dan budaya investasi,” ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 


Jumlah Investor di Pasar Modal Naik 37 Persen hingga Oktober 2018

Peserta memantau monitor bursa saham pasar modal di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Hal ini sejalan dengan salah satu inisiatif pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menambah jumlah investor pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah Single Investor Identification (SID) per Oktober 2018 mencapai 1,54 juta orang. Jumlah tersebut meningkat 37 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 1,12 juta investor.

Direktur KSEI, Syarifuddin menyebutkan jumlah investor tersebut terdiri dari investor saham, surat utang (obligasi), reksadana, Surat Berharga Negara (SBSN) dan efek lainnya yang tercatat di KSEI.

Selama periode Januari-Oktober 2018, jumlah investor saham di Pasar Modal mencapai 813.969. Sementara investor reksadana dan SBN masing-masing sebesar 933.094 dan 185.252. "Sisanya sebesar 1.638 adalah investor saham scrip," kata Syarifuddin, di Solo, Jumat 19 November 2018.

Jika mengacu pada sebaran investor secara demografi, 73,78 persen investor berada di Jawa, Sumatera 14,35 persen, Kalimantan 4,44 persen, Sulawesi 3,44 persen, Bali, NTT dan NTB 2,84 persen dan Maluku serta Papua 1,14 persen.

"Dari jenis kelamin sebesar 59,4 persen adalah investor pria dan 40,6 persen wanita," ujarnya.

Lebih jauh Syafruddin memaparkan total aset investor yang tercatat di C-BEST hingga akhir Oktober mencapai Rp 4.449 triliun.

Terdiri dari investor saham Rp 3.347 triliun, obligasi korporasi Rp 411 miliar, MTN Rp 75,42 miliar, obligasi pemerintah Rp 77,71 miliar, SBSN Rp 27,26 miliar, sukuk Rp 22,7 miliar, negotiable certificate of deposit Rp 12,2 miliar, EBA Rp 10,02 miliar, reksadana Rp 9,97 miliar, waran Rp 7,10 miliar dan lain-lain Rp 0,38 miliar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya