Tumbuh Melambat, BI Sebut Posisi Utang Indonesia Masih Baik

BI mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada akhir kuartal III 2018. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2018 tercatat USD 359,8 miliar

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Nov 2018, 19:30 WIB
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Solo - Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada akhir kuartal III 2018. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2018 tercatat USD 359,8 miliar, yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 179,2 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 180,6 miliar.

Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, meski posisi ULN melambat tapi secara rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2018 masih berada di posisi yang baik. Tercatat posisi ULN terhadap PDB berada di level aman yakni di kisaran 34 persen.

"Lihat rasionya untuk utang, rasio kita di kisaran 34-35 persen sangat baik. Ini artinya dari sisi pengelolaan utang kita, sumbangannya kepada PDB kita itu positif. Yang perlu kita lihat bagaimana pemerintah bersama BI menjaga dari sisi kemampuan pembayarannya," kata Dody, saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, seperti ditulis Minggu (18/11/2018).

Dody mengatakan, mengenai ULN  seharusnya jangan dilihat dari nilainya. Namun, dilihat bagaimana sumbangan pinjaman tersebut terhadap pembentukan ouputnya secara nasional. 

Di sisi lain, Dody meyakini pengelolaan ULN akan terjaga dengan baik. Sebab, beberapa pertimbangan sudah dilakukan oleh bank sentral dengan baik. Misalnya saja pada non bank, BI sudah memiliki ketentuan untuk melakukan mandatori seperti harus menjaga hedging, likuiditas, dan memenuhi rating tertentu.

Sedangkan ULN perbankan, kata Dody sudah melalui saringan yang ketat dari BI maupun pemerintah. Termasuk juga BUMN juga ada tim Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) yang menyaring dari sisi kesehatan utang BUMN.

"Artinya kami tetap melihat ULN tetap diperlukan untuk perekonomian bisa tumbuh karena saving rasio kita di bawah investment rasio. Kita butuh investasi untuk menggerakan ekonomi dan itu perlu pembiayaan dari luar salah satunya dengan utang," kata dia.

Sementara itu, terkait dengan utang luar negeri swasta pada kuartal III 2018 yang meningkat, Dody menilai itu suatu pilihan bagi pihak swasta untuk pembiayaan, apakah nantinya ke domestik atau ke luar, dengan cots yang lebih baik. " Tentu pilihan akan ditentukan oleh mereka," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 


Utang Luar Negeri RI Capai USD 359,8 Miliar

Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada akhir kuartal III 2018.

Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2018 tercatat USD 359,8 miliar terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 179,2 miliar. Selain itu, utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 180,6 miliar.

ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2018 tersebut tumbuh 4,2 persen secara year on year (YoY), melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,7 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari melambatnya pertumbuhan ULN pemerintah, di tengah meningkatnya pertumbuhan ULN swasta. Demikian mengutip dari laman BI, Jumat 16 November 2018.

BI juga melaporkan ULN pemerintah tumbuh melambat pada kuartal III 2018. Posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal III 2018 tercatat USD 176,1 miliar atau tumbuh 2,2 persen (YoY), melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 6,1 persen (YoY).

Selain tumbuh melambat, posisi ULN pemerintah tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada akhir kuartal II 2018 karena turunnya posisi surat berharga negara (SBN) yang dimiliki oleh investor asing. Hal ini turut dipengaruhi oleh kondisi pasar SBN dalam negeri yang terimbas tingginya ketidakpastian global.

ULN swasta meningkat pada kuartal III 2018. Posisi ULN swasta pada akhir kuartal III 2018 tumbuh 6,7 persen (YoY) meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,8 persen (YoY). ULN swasta itu terutama dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, air panas, serta sektor tambang dan penggalian.

Pangsa ULN di keempat sektor itu terhadap total ULN swasta mencapai 72,7 persen sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa pada kuartal sebelumnya.

Perkembangan ULN Indonesia juga tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2018 tercatat stabil di kisaran 34 persen.

Rasio itu masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,8 persen dari total utang luar negeri (ULN)

BI dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya