China Ciptakan Matahari Buatan dengan Panas 6 Kali Lipat dari yang Asli

Matahari buatan ini akan menyediakan cara yang aman bagi dunia untuk menghasilkan sejumlah energi dalam skala besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi matahari meledak pemicu kiamat (NASA)

Liputan6.com, Jakarta Usai satelit bulan, China dikabarkan telah berhasil menciptakan matahari buatan. Hal ini usai tim ilmuwan dari China's Institute of Plasma Physics mengumumkan bahwa reaktor Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) atau yang dikenal sebagai proyek 'matahari buatan'nya di Hefei Institutes of Physical Sciences telah mencapai panas 100 juta derajat Celsius.

EAST mampu menghasilkan suhu yang diperlukan untuk menciptakan reaksi fusi nuklir sehingga bisa memproduksi lebih banyak energi. Sebagai perbandingan, plasma panas matahari dilaporkan sekitar 15 juta derajat Celcius. Namun plasma di matahari buatan China lebih panas enam kali daripada matahari itu sendiri.

Pencapaian ilmuwan China ini dikatakan akan menjadi terobosan besar. Selain itu pencapaian ini juga dikatakan merupakan langkah yang penting bagi kemajuan ilmu fusi nuklir di masa mendatang.

"Ini tentu langkah yang signifikan untuk program fusi nuklir China dan perkembangan bagi seluruh dunia," kata Profesor Matthew Hole dari Australian National University.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sumber energi buatan dalam skala besar

Pemandangan kota Seoul saat matahari terbit di Korea Selatan (31/10). Seoul terletak di barat laut negara, di bagian selatan DMZ Korea, di Sungai Han. (AFP Photo/Ed Jones)

Matahari buatan ini akan menyediakan cara yang aman bagi dunia untuk menghasilkan sejumlah energi dalam skala besar.

"Manfaatnya sangat besar karena merupakan produksi energi berkelanjutan dalam skala yang besar, tapi tanpa gas emisi rumah kaca dan limbah radioaktif yang sulit diuraikan," tambahnya.

Dia menambahkan bahwa reaktor fusi nuklir ini juga menghindarkan risiko terkait dengan reaktor fisi nuklir yang banyak digunakan saat ini. Selama ini, negara-negara maju mengadopsi proses fisi nuklir menjadi senjata berbahaya dan rentan terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

Reporter: Sugiono

Sumber: Dream.co.id

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya