BEI Manfaatkan Digitalisasi Buat Pendalaman Pasar Modal

BEI telah menyiapkan beberapa inisiatif baru pendalaman pasar dan perluasan basis investor yang akan diterapkan mulai tahun depan.

oleh Merdeka.com diperbarui 19 Nov 2018, 12:29 WIB
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham domestik masih rentan terhadap risiko arus keluar modal (capital outflow) imbas dari ketidakpastian ekonomi global. Saat ini, Bursa Efek  Indonesia (BEI) mencoba berbagai cara untuk menahan arus modal keluar. 

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, BEI telah menyiapkan beberapa inisiatif baru pendalaman pasar dan perluasan basis investor yang akan diterapkan mulai tahun depan.

Diharapkan inisiatif-inisiatif tersebut dapat mengurangi risiko arus keluar modal sehingga pasar saham dalam negeri akan tetap stabil.

Inisiatif yang akan dilakukan oleh bursa adalah misalnya melalui aturan mengenai pendaftaran elektronik (e-registration). Tujuan dari aturan ini adalah untuk mendukung keefektifan dan efisiensi dalam transaksi.

Selain itu, bursa akan menerapkan mekanisme bookbuilding elektronik dalam penawaran umum perdana tahun depan. Dengan sistem ini diyakini bahwa itu akan menjadi kekuatan pendorong bagi investor ritel untuk memiliki bagian yang lebih besar dalam penawaran umum.

"Sehingga kalau ada penurunan indeks akan didukung produk yang lebih variatif,” kata dia saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, ditulis Senin (19/11/2018).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Seperti Kolam Dangkal

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,33% atau 18,94 poin ke level 5.693,39, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan serupa, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen mengatakan untuk alasan ini, memperdalam pasar keuangan dengan memperluas basis investor, meningkatkan jumlah perusahaan yang terdaftar di negara ini adalah kunci untuk mengatasi gejolak.

Dia memisalkan kondisi pasar keuangan Indonesia seperti kolam dangkal. Sehingga ketika ada tekanan dari luar, membuat kolam lebih rentan terhadap guncangan.

"Pasar kita dianggap tidak dalam, komentar dari pihak manapun tentang Indonesia memiliki potensi yang bagus, bonus demografi, tetapi pasarnya masih dangkal," kata Hoesen.

Tidak dapat dipungkiri, saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada investor asing, hal ini dapat dilihat dari arus transaksi modal dalam investasi portofolio SBN. Tercatat, saat ini porsi investor asing mencapai 37,12 persen dari total outstanding SBN.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya