Google: Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp 1.458 Triliun di 2025

Internet cepat dan murah disebut sebagai kunci pertumbuhan ekonomi digital.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Nov 2018, 17:40 WIB
Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Google dan Temasek merilis laporan penelitian baru bertajuk e-Conomy SEA. Laporan itu meneliti empat sektor ekonomi digital, online travel, media, transportasi, dan e-Commerce di Asia Tenggara.

Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam masuk sebagai negara yang diteliti. Hasilnya adalah Indonesia menjadi negara yang paling potensial dalam pertumbuhan ekonomi digital.

Indonesia diprediksi menguasai hampir setengah dari total nilai ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2025 yang mencapai USD 240 miliar atau Rp 3.499 triliun (USD 1 = 14.582). Totalnya, nilai ekonomi digital di Indonesia akan mencapai USD 100 miliar (Rp 1.458 triliun), jauh di atas Vietnam, walau saat ini negara itu memiliki pertumbuhan ekonomi digital yang dijuluki bagaikan naga.

"Ekonomi internet Indonesia, yang pertumbuhannya terbesar dan tercepat di regional itu, mencapai USD 27 miliar pada 2018 dan disiapkan tumbuh menjadi USD 100 miliar pada 2025," tulis laporan itu yang menambahkan setiap USD 10 yang dibelanjakan di sektor ekonomi digital di ASEAN, USD 4 berasal dari Indonesia.

Tiga e-commerce seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia disebut memiliki peran kritis dalam pertumbuhan sektor ekonomi digital. Pasalnya, banyak pembeli memilih e-commerce karena mereka berasal dari daerah di luar kota metropolitan.

Pada 2025, Indonesia juga diproyeksikan mencapai pertumbuhan tertinggi di tiga pasar sub-sektor ekonomi digital: layanan media online (gim, streaming, iklan) naik 30 persen menjadi USD 8 miliar (Rp 116 triliun); layanan online travel mencapai USD 25 miliar (Rp 364 triliun); dan transportasi online dan pengantaran makanan mencapai USD 14 miliar (Rp 204 triliun).

Laporan itu menjelaskan, internet cepat dan terjangkau merupakan pemicu dari pertumbuhan ekonomi digital. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pentingnya bermitra dengan pemain ekonomi tradisional seperti bank, perusahaan asuransi, universitas, dan institusi medis untuk menyediakan layanan online yang lebih terpercaya di bidang digital yang belum terlalu terjamah di ASEAN seperti layanan finansial, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Tegaskan Pentingnya Sikap Inklusif di Era Ekonomi Digital

Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo berdiskusi dengan masyarakat kreatif Bandung di Simpul Space, BandungSabtu (10/11). Jokowi berdialog dengan masyarakat kreatif Bandung dalam upaya mengembangkan ekonomi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan pentingnya bersikap inklusif dalam era ekonomi digital saat pertemuan dengan Asia-Pacific Economic Cooperation Business Advisory Council (ABAC). Dalam pertemuan dengan tema 'Inclusion in the Age of Disruption: Charting a Common Future' itu, Jokowi bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, dan Utusan Khusus Cina Taipei Morris Chang, membahas isu perdagangan, ekonomi global dan ekonomi digital.

Pertemuan yang dihelat di APEC Haus, Papu Nugini, Sabtu 17 November ini dihadiri pula oleh perwakilan ABAC dari keempat negara dan dimoderasi oleh Richard Cantor dari Amerika Serikat. Dari Indonesia hadir Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie. 

Dalam dialog tersebut, Jokowi mengungkapkan pembangunan ekonomi yang inklusif dengan menggunakan platform digital adalah prioritas Pemerintah Indonesia sejak 2014 dan Indonesia diperkirakan menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

Sebagai gambaran, Jokowi menjelaskan bahwa di Indonesia pada 2017 tercatat 132,7 juta pengguna internet dan 92 juta pengguna smartphone, sehingga pemerintah harus terus menyelesaikan pembangunan infrastruktur digital dengan penambahan serat optik Palapa Ring dan penataan spektrum frekuensi untuk menyediakan akses digital yang terjangkau bagi masyarakat.

Selain itu, Indonesia akan terus mengimplementasikan Peta Jalan Kebijakan e-Commerce untuk mendukung pengembangan e-commerce sebanyak 17 persen dan mencetak 1.000 technopreneurs pada tahun 2020.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan, Indonesia memberikan perhatian besar terhadap generasi muda untuk Revolusi 4.0 melalui pendidikan vokasi, politeknik, dan balai latihan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mendukung pemanfaatan teknologi di semua sektor misalnya Ruangguru di bidang pendidikan, atau Gojek di bidang transportasi.

"Semua ini dilakukan untuk mendorong ekonomi yang inklusif," kata Jokowi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya