Disrupsi Teknologi Pangkas 56 Persen Lapangan Kerja di Dunia

Pemerintah akan berupaya memetakan pekerjaan apa saja yang sekiranya menyusut atau menghilang sebagai dampak disrupsi teknologi

oleh Bawono Yadika diperbarui 19 Nov 2018, 19:32 WIB
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri bersiap bernyanyi saat hadir menjadi bintang tamu dalam acara KLY Lounge di Gedung KLY, Gondangdia, Jakarta, Jumat (5/10). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengungkapkan, 56 persen tenaga kerja di dunia akan hilang akibat dampak disrupsi teknologi di dunia. Hal itu diprediksikan akan terjadi 10 sampai 20 tahun lagi dari sekarang.

"Kalau misalnya (disrupsi teknologi) di luar negeri belum terlalu cepat terjadi, pasti di sini (Indonesia) juga tidak akan terlalu cepat efeknya, tapi memang harus kita antisipasi," terang dia di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Senin (19/11/2018).

Hanif menambahkan, industri dengan padat teknologi seperti perbankan dan ritel akan terdampak dari disrupsi teknologi tersebut.

"Sektor-sektor padat teknologi tentu saja menjadi sektor yang akan terpengaruh dengan perkembangan perubahan IT. Itu misalnya perbankan, ritel, dan logistik," jelasnya.

Oleh sebab itu, pemerintah akan berupaya memetakan pekerjaan apa saja yang sekiranya menyusut atau menghilang sebagai dampak disrupsi teknologi ini. Menaker Hanif menyebutkan hal tersebut sudah diproyeksikan dalam man power planning.

"Kita ada pemetaan misalnya sampai 5 tahun ke depan pekerjaan apa yang akan nyusut dari sisi tenaga kerjanya, pekerjaan baru yang akan muncul, itu kita sudah petakan. Kita buat namanya man power planning tentang perubahan pasar kerja di masa depan," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rhenald Kasali: Disrupsi Ekonomi Akan Berlangsung 100 Tahun

Pakar manajemen perubahan Rhenald Kasali merilis buku baru dengan judul The Great Shifting, Sabtu (21/7/2018).

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali meramalkan fenomena disrupsi atau perubahan cara dan fundamental bisnis, salah satunya akibat revolusi teknologi digital akan berlangsung dalam jangka waktu 100 tahun. Perusahaan yang masih mempertahankan model bisnis kuno, cepat atau lambat akan terkena disrupsi.

"Disruption ini masih panjang 100 tahun. Yang jangka pendek itu fashionista atau gaya-gayaan, selfi," kata Rhenald di Jakarta, Kamis (7/12/2017).

Dalam proses perubahan ekonomi ini, Rhenald mengaku, ada industri yang sedang ketar ketir. Sebut saja industri jasa transportasi konvensional yang sudah tergantikan dengan transportasi online. Termasuk juga industri ritel konvensional, hotel, dan travel yang sudah mengalami perubahan besar-besaran dalam waktu cepat. 

"Proses penghancuran dari disrupsi ini akan terjadi 5-10 tahun ini. Ada yang cepat dan lambat. Yang cepat itu industri jasa hotel, travel, transportasi, sedangkan yang lama industri manufakturing karena dikontrol perusahaan, tidak bisa di sharing," jelasnya.

Industri lain yang terancam kena perubahan adalah asuransi. Rhenald Kasali mengatakan, 70 persen dari premi saat ini diberikan untuk membina para agen asuransi. Biaya tersebut sangat mahal.

"Suatu ketika akan muncul cara baru yang akan langsung tanpa agen. Karena kalau harga sudah kemahalan atau sesuatu yang sudah mahal, maka pasti akan terdisrupsi menjadi lebih murah," Rhenald menerangkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya