Liputan6.com, Jakarta - Ancaman banjir menghantui di sejumlah titik rawan genangan air di wilayah Jakarta. Data BPBD Jakarta sepekan lalu merilis dua titik banjir yakni wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, memiliki ketinggian 10 hingga 25 sentimeter menggenangi RT 12 dan 13 di RW 04, dan RT 10 dan 11 di RW 05, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Sementara itu di wilayah Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur juga sempat tergenang banjir juga selama 6 jam. Kondisi serupa dialami warga di Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Advertisement
Genangan di tempat ini bertahan selama tiga jam sebelum surut pada pukul 04.00 WIB. Menurut BPBD Jakarta, seluruh genangan ini diduga disebabkan oleh luapan Sungai Ciliwung.
Karenanya, Gubernur DKI Anies Baswedan membuat sejumlah gerakan antisipasi. Mulai dari mengumpulkan dinas terkait untuk apel persiapan, hingga membenahi daerah resapan.
Berikut rangkuman empat solusi mantan menteri pendidikan tersebut untuk mengantisipasi banjir di Jakarta:
Saksikan video menarik berikut ini:
Bangun Tanggul Permanen
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan meninjau lokasi banjir akibat luapan Kali Sunter di Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Minggu malam, 11 November 2018. Banjir mencapai 80 sentimeter kembali terjadi di permukiman warga di kawasan Cipinang Melayu.
Gubernur DKI Anies Baswedan pun berjanji akan segera melakukan pembangunan tanggul permanen untuk mencegah terjadinya banjir kembali. Namun untuk sementara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memperkuat bronjongan atau tanggul sementara dari karung pasir.
"Di sini ada tanggul yang pembangunannya terhenti di 2014, ini yang segera ingin kita tuntaskan, tanggul sementaranya ada sambil kita tuntaskan tanggul yang permanen," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Advertisement
Naturalisasi Sungai
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki solusi untuk menangani banjir di Ibu Kota. Salah satunya, naturalisasi sungai.
"Ada soal naturalisasi sungai. Bagaimana sungai itu bisa mengelola air dengan baik. Bagaimana mengamankan tidak melimpah, tapi juga ekosistem sungai dipertahankan," kata Anies di kawasan Pluit, Jakarta Utara, Rabu (7/2/2018).
Istilah naturalisasi sungai ini beberapa kali dilontarkan Anies Baswedan sejak beberapa waktu lalu. Seperti ketika meninjau banjir di kawasan Jatipadang, Jakarta Selatan yang disebabkan tanggul di wilayah tersebut jebol pada pertengahan Desember 2017.
Siagakan 450 Pompa
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, pihaknya telah menyiagakan sebanyak 450 pompa air guna mengantisipasi banjir. Dia mengatakan pompa tersebut ditempatkan di beberapa lokasi rawan banjir.
"Ada lebih dari 450 pompa, dan dari laporan yang sudah diterima, semua dalam kondisi siap untuk bekerja dengan baik," kata Anies di Balaikota, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018).
Selanjutnya dia menyebut pihaknya juga melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa lokasi rawan banjir. Sebab selama ini hal tersebut sangat berdampak kepada masyarakat.
"Ada titik-titik yang sudah sering kena banjir, tapi tidak ada antisipasi rekayasa lalu lintas," ucap dia.
Advertisement
Ciptakan Prinsip Sederhana
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuat prinsip sederhana soal solusi banjir Ibu Kota. Menurut dia, mengentaskan masalah tersebut hanya cukup dengan mengembalikan air hujan masuk kembali ke tanah, atau membuat resapan.
"Jika setiap kita memasukkan air hujan ke dalam lubang di rumah kita, tanah kita, maka kita tak mengirimkan air hujan keluar dan InsyaAllah tak menghasilkan banjir," kata Anies Baswedan di Monas, Jakarta Pusat, Selasa (20/11/2018).
Menurut Anies, kontur jalan perkotaan yang ramai aspal, bangunan rumah, dan gedung-gedung, membuat air sulit meresap sehingga meluap di 13 titik sungai yang melintasi Jakarta. Minimnya resapan membuat setiap tahun tanah Jakarta turun 7 cm, lantaran tak mendapat asupan air secara baik.
"Apa yang diturunkan ke bumi berupa air lalu air itu menghidupkan bumi (tanah) yang sesungguhnya kering dan mati, tapi karena perbuatan kita menghalangi air itu masuk ke bumi dampaknya hadir limpahan air yang kita sebut dengan banjir, efeknya tanah kita, bumi kita di Jakarta turun 7 cm per tahun, 10 tahun, 70 cm tanah kita turun," kata mantan Menteri Pendidikan ini.