Liputan6.com, Jakarta - Mengungguli Australia dan Selandia Baru, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan sedunia berdasarkan laporan World Giving Index yang dirilis Charity Aid Foundation (CAF) setelah melalui tiga pertimbangan.
"Menolong orang asing atau tidak dikenal yang membutuhkan bantuan, menyumbang untuk amal, dan partisipasi organisasi dalam bentuk volunteerism," tutur Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia Timotheus Lesmana saat konferensi pers Filantropi Indonesia Festival (FIFest) 2018 di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 7 November 2018.
Di acara pembukaan FIFest 2018, Kamis, 15 November 2018, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro berusaha mengungkap faktor-faktor di balik penobatan yang membanggakan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Modal kita yang pertama adalah agama. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, otomatis kita akan jadi filantropis lewat zakat. Setiap yang mampu, walau pengertian ini relatif, 2,5 persen dari income disisihkan untuk membantu orang lain," tuturnya di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Ucapan ini terbukti dengan terjadinya peningkatan zakat sejak tahun 2002 rata-rata 38 persen setiap tahun. "Terdapat peningkatakan infaq, zakat, sedekah, yang didukung kesadaran dan kemampuan (secara finansial) yang meningkat," sambungnya.
Kemudian, banyaknya orang di usia produktif yang memutuskan menjadi socialpreneur. "Akhirnya jadi digital filantropi. Tidak cuma berbisnis, tapi juga melakukan kegiatan sosial. Sekarang banyak yang pakai apps untuk mendukung donasi. Perbantuan untuk Palu dan Lombok, misalnya," ujarnya.
Kemudahan dan kebiasaan memanfaatkan teknologi jadi faktor lain banyaknya anak muda yang secara tak langsung melakukan kegiatan filantropi. "Lebih mudah, lebih besar keinginan untuk jadi filantropis," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: