Konektivitas Digital dan Ekonomi Harus Jadi Agenda Utama RI

Perkembangan teknologi informasi kian menyasar semua sektor. Tak terkecuali sektor dunia bisnis.

oleh Merdeka.com diperbarui 21 Nov 2018, 12:37 WIB
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi informasi kian menyasar semua sektor. Tak terkecuali sektor dunia bisnis. Founder  Forum Ekonomi Indonesia (IEF), Shoeb Kagda mengatakan, dunia bisnis sedang menghadapi era baru dengan banyak terjadi perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perubahan tersebut terjadi dalam hal konektivitas, analitik data, dan kecerdasan atau Artificial intelligence (AI) yang telah mengubah dunia industri dan bahkan negara secara keseluruhan.

"Manusia saat ini hidup di era konektivitas. Tidak hanya dalam hal konektivitas fisik melalui jalan, jembatan dan bandara tetapi juga konektivitas digital. Sehingga menghubungkan negara secara fisik, digital dan ekonomi harus menjadi agenda utama Indonesia selama lima tahun ke depan," kata Shoeb dalam acara bertajuk Connecting Indonesia, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11/2018).

Tidak hanya itu, Shoeb mempertimbangkan, dengan teknologi terkini financial technology (fintech) juga dapat menyalurkan dana kepada masyarakat yang tidak bankable atau kurang terlayani oleh perbankan dan mempromosikan inklusi keuangan.  

"Lembaga harus menghubungkan dan berbagi ide, pelaku bisnis harus berkolaborasi dengan pengusaha, terutama start-up, harus bergabung untuk meningkatkan skalanya,” tutur dia.

"Prosesnya telah dimulai di bawah Presiden Joko Widodo tetapi perlu dipercepat dan dikembangkan. Di era konektivitas ini, inovasi akan menjadi pendorong utama, " tambah dia.

Dia menjelaskan, saat ini teknologi telah mendarah daging dengan perilaku manusia dan akhirnya merevolusi cara hidup masyarakat.  Dia mencontohkan, kini smartphone atau ponsel pintar bukan lagi barang mewah. Ponsel pintar kini bisa dimiliki olah siapapun sebab pada kenyataannya saat ini seseorang tidak dapat hidup tanpa ponsel pintar. 

"Menurut laporan McKinsey & Company baru-baru ini, jumlah perangkat yang terhubung ke internet diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara 2017 dan 2020. Dengan sumber data baru, berbagai produk, layanan, model bisnis inovatif akan terbuka," ujar dia.

Dia menuturkan, kemajuan teknologi informasi jika digunakan dengan benar dapat membuat sektor industri meraup untung ganda. Ini berarti pendapatan dapat tumbuh karena efisiensi berkat teknologi yang optimal.

Shueb memberi contoh, di era saat ini, produsen pemanas, ventilasi dan sistem pendingin udara telah menerapkan ini. Menggunakan teknologi, mereka dapat memonitor gerakan dan suhu di kamar pelanggan. Mereka menganalisis data sehingga mereka dapat mengontrol penggunaan AC dari pelanggan. Dengan demikian, produsen ini dapat membantu pelanggan mereka menghemat biaya dan mengelola tagihan energinya.

"Proses yang sama juga berkembang pesat di berbagai bidang seperti pertanian, keuangan, pendidikan, transportasi dan logistik. Perusahaan kini mulai menggunakan drone untuk mengumpulkan data di ladang (sawah) dan mengendalikan saluran irigasi," kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 


Menkominfo Ingin Startup Fintech Lokal Jadi Unicorn

Menkominfo Rudiantara. Liputan6.com/Andina Librianty

Sebelumnya, peluang financial technology (fintech) di ranah startup semakin berkembang. Bahkan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, mengklaim kalau transaksi via jasa startup fintech semakin meningkat lebih baik. 

Walau begitu, ia mengungkap gross merchandise value (GMV) masih belum terlalu banyak.

"Perputarannya baru Rp 9 Triliun. Sebetulnya secara teoritis yang bagus adalah di bidang edutech karena 20 persen APBN untuk pendidikan. Kemudian juga healthtech karena 5 persen belanja APBN kita untuk kesehatan," ujar Menteri Rudiantara dalam ajang Ideafest 2018 beberapa hari lalu, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi Kemkominfo.

Pria yang karib disapa Chief RA tersebut berkata, layanan fintech di Indonesia saat ini rata-rata masih bersifat fintech  lending saja, sehingga dirasakan tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh perbankan konvensional.  

Skema fintech  lending berperan sebagai penguhubung antara calon pemberi dana dan peminjam.

Melalui fintech lending, kedua pihak jika telah sepakat kemudian melakukan proses transaksi bisnis.

"Saya lihat juga pada umumnya yang menggunakan fintech adalah orang-orang ataupun anak muda yang punya rekening di bank. Seharusnya fintech didorong kepada pasar yang baru," tutur pria berkacamata ini.

Dirinya mengungkap, tentu diperlukan strategi sehingga dapat mendorong fintech ke arah pasar yang baru yang menyentuh kalangan 'unbanked'. Salah satunya adalah dengan mengarahkan masyarakat ke produk baru atau yang sudah ada dari fintech.

"Kita ingin menciptakan unicorn yang berbasis fintech. Dengan memiliki unicorn berbasis fintech, akan meningkatkan aliran investasi ke dalam negeri," tutur Menteri Rudiantara.

Unicorn sendiri merupakan julukan yang disematkan kepada startup yang telah memiliki nilai valuasi di atas US$ 1 Miliar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya