Liputan6.com, Jakarta - CORE Indonesia memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019 mendatang akan kembali melemah di atas 15.000 per dolar AS. Indikator tersebut dinilai akan membuat Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan hingga 6,75-7 persen.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter A Redjalam mengatakan, BI selama 2018 ini sebenarnya telah melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 175 basis poin. Menurutnya, itu dimaksudkan untuk mengantisipasi dinamika global dan menahan laju pelemahan rupiah.
Baca Juga
Advertisement
"Suku bunga acuan Bank Indonesia pada akhir tahun diperkirakan berada di level 6 persen, sementara nilai tukar di kisaran 14.600 per dolar AS hingga 14.800 per dolar AS," jelas dia dalam acara CORE Economic Outlook 2019 di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Pada 2019, Piter melanjutkan, kondisi pasar dunia yang masih diliputi ketidakpastian akibat perang dagang akan menyebabkan harga minyak cenderung meningkat dan ketatnya likuiditas global.
Sementara di sisi domestik, ia menambahkan, perekonomian nasional masih diwarnai oleh defisit transaksi berjalan. Oleh karenanya, kurs mata uang garuda diperkirakan akan terus dalam tekanan pelemahan, yakni berada di angka Rp 15.200 per USD 1.
"Sepanjang tahun 2019, nilai tukar rupiah rata-rata akan berada di kisaran Rp 15.200 per dolar AS. Tekanan pelemahan terbesar terhadap rupiah akan terjadi pada semester pertama. Rupiah akan mendapatkan momentum penguatan pada semester kedua setelah selesainya proses pemilu," paparnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kredit Terpengaruh
Masih besarnya tekanan pelemahan nilai tukar rupiah ini dinilainya akan ikut memicu respons kebijakan yang cenderung ketat dari Bank lndonesia di tahun mendatang. Salah satunya, dengan meningkatkan suku bunga acuan hingga 7 persen.
"Suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan sebanyak 3-4 kali ke kisaran 6,75 persen hingga 7 persen pada akhir tahun 2019," jelas Piter.
Piter juga meyakini, peningkatan suku bunga acuan ini pun selanjutnya bakal mendorong semakin tingginya suku bunga kredit.
"Kondisi ini selanjutnya akan mempengaruhi laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang diperkirakan akan turun ke kisaran 10-11persen, sedikit melambat dibandingkan proyeksi tahun 2018," tandasnya.
Advertisement