Liputan6.com, Kuala Lumpur - Model majalah gaya hidup asal Malaysia, Amir Milson, dikabarkan tewas saat bertempur untuk ISIS di Suriah pada 2016.
Pemenang kontes pria tampan untuk majalah Cleo pada 2010 itu tewas akibat menginjak ranjau darat ketika tengah membopong rekannya, demikian menurut laporan koran Australia Herald Sun, seperti dikutip dari The Strait Times, Rabu (21/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Kami dengar kabar ia tewas," kata seorang sejawat Amir kepada Herald Sun. "Dia membopong seorang militan ISIS lain dan kemudian menginjak ranjau."
Pada bulan September 2018, Badan Intelijen Domestik Australia (ASIO) mengonfirmasi kematian Amir.
Amir, yang berdarah campuran Malaysia dan Australia, belajar ilmu komunikasi massa di Curtin University di Perth, menurut laporan itu.
Pada tahun 2010, Amir, yang berusia 27 tahun, berkarier sebagai model paruh waktu dan bahkan berencana untuk menjadi presenter televisi.
Selama wawancara dengan Cleo sebelumnya, Amir mengatakan ia ingin menjadi perdana menteri dan menggambarkan model super Miranda Kerr dan aktor Orlando Bloom sebagai pasangan yang keren.
The Herald Sun juga melaporkan bahwa Amir, yang bernama asli Amirrudin Hud Rashid Milson, kemudian menikah dan memiliki seorang putra.
Pada 2014, Amir dilaporkan mulai menjadi radikal. Dia kemudian bercerai dengan istrinya sebelum pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Menurut salah seorang temannya, konversi Amir ke radikalisme adalah "proses bertahap".
Teman itu menambahkan bahwa Amir dikenal sebagai seseorang yang "tampan, ramah, dan sangat berani".
Simak video pilihan berikut:
Dosen Indonesia Terpancing Masuk ISIS
Pada titik puncak aktivitasnya sepanjang 2014-2017, kehadiran ISIS di Irak dan Suriah memancing sejumlah warga negara asing untuk bergabung dengan kelompok itu, entah mengambil peran sebagai militan teroris asing (foreign terrorist fighters - FTF) atau menjadi simpatisan yang tertarik oleh gagasan utopis negara Islam.
Tak terkecuali sejumlah warga negara Indonesia. Salah satu WNI yang cukup mengejutkan bergabung dengan ISIS di Suriah adalah mantan dosen Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat (FIKES) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Iskandar Sobrie. Ia kemudian dikabarkan tewas di Suriah.
Mengonfirmasi kabar itu, Rektor Unsoed, Prof. DR Muhammad Iqbal, mengaku bahwa dirinya mendapatkan informasi dari rekan Sobrie yang sesama dosen Unsoed. Dosen itu, menurut Iqbal, mendapatkan informasi yang valid.
Iqbal menegaskan, sejak Sobrie meninggalkan Indonesia pada akhir 2015, bekas dosen itu tak lagi kembali ke Indonesia.
"Dulu ada dosen yang pergi ke luar negeri. Yang ISIS itu. Tapi kabarnya, informasi dari rekannya meninggal. Di sana, di Suriah. Ya enggak tahu, kenapa itu," kata Iqbal, Selasa, 22 Agustus 2017.
Sobrie berangkat ke luar negeri pada akhir 2015 setelah sejak Juli 2015 tak lagi aktif mengajar. Lantas, Sobrie disusul oleh istri dan anaknya. Sobrie dan keluarganya sebelumnya diketahui tinggal di Purbalingga.
"Yang jelas, salah satu dosen kita dari FIKES, ada yang pergi ke Suriah, tetapi tidak kembali," ujar Iqbal.
Kepergian sang dosen ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS juga dibenarkan oleh Kepala Polres Purbalingga saat itu, AKBP Anom Setyadji. Dia mengatakan berdasar data intelijen, Iskandar Sobrie menuju Suriah. Keluarga Sobrie diduga juga turut menyusul. Hal itu diketahui setelah Kantor Imigrasi Cilacap menerbitkan paspor untuk istri dan anak Sobrie pada Oktober 2015.
Menurut data dari Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko per Mei 2018, militan ISIS asal Indonesia yang masih ada di Suriah berjumlah 590 orang. Mereka yang meninggal sebanyak 103 orang, 86 pulang ke Indonesia, 539 dideportasi sebelum sampai, dan satu orang berhasil dicegah menuju Suriah.
Baca Juga
Advertisement