Survei Kinerja BKKBN Tahun 2018, Angka Kelahiran Turun

Survei kinerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka fertilitas (kelahiran) menurun.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Nov 2018, 11:00 WIB
Dari survei BKKBN terbaru, angka kelahiran menurun pada tahun 2018. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merilis capaian kinerja BKKBN. Berdasarkan hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) 2018, capaian kinerja terbilang memuaskan. Penurunan angka total fertilitas (kelahiran) berhasil ditekan sampai dengan 2,38 persen. Hasil tersebut mengalami peningkatkan dibandingkan dengan survei sebelumnya.

Pada Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2017, angka kelahiran 2,40 persen. Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (SKAP - KKBPK) 2018 merupakan nama pengganti dari Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2018. Survei ini merupakan survei untuk untuk memotret capaian program BKKBN.

"Hasilnya bagus (SKAP 2018), sejalan yang sudah kami lakukan. Lihat angkanya ada kemajuan dan memang angkanya fluktuasi, naik-turun. Hasil yang kami capai bisa dilihat dari angka kelahiran, pengunaan kontrasepsi jangka panjang (KJP) dan sebagainya," kata Kepala Plt. BKKBN, Sigit Priohutomo usai membuka acara forum diskusi SKAP 2018 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, ditulis Kamis (22/11/2018).

Survei ini penting dilakukan setiap tahunnya untuk melihat kemajuan kinerja akuntabilitas (pertanggungjawaban) terkait masalah program-program yang sudah direncanakan. Kinerja akuntabilitas ini berasal dari upaya pemerintah daerah setempat menjalankan program BKKBN, seperti cara menurunkan angka kelahiran maupun kampanye penggunaan alat kontrasepsi.

"Kami berharap, adanya SKAP 2018 untuk mendapatkan akuntabilitas provinsi per provinsi. Apakah di daerah tersebut selama setahun dilakukan penjangkauan dan penyuluhan soal alat kontrasepsi dan lainnya," lanjut Sigit.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:


Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang

Kepala Plt. BKKBN, Sigit Priohutomo usai membuka acara forum diskusi SKAP 2018 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta pada Rabu, 21 November 2018. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Pada SKAP 2018, angka kelahiran pada wanita usia subur 15-19 tahun dapat diturunkan menjadi 30 per 1000 perempuan. Ada juga peningkatan pengguna alat kontrasepsi jangka panjang yang berhasil mencapai 23,1 persen.

Wanita subur sekarang sudah tahu alat kontrasepsi. Ketika ditanya tahu alat kontrasepsi, mereka jawabnya 'Tahu.' Prevalensinya mencapai 90 persen. Ini karena wanita subur punya pengetahuan tentang beberapa jenis alat kontrasepsi modern.

Untuk wanita yang mengetahui penggunaan pil KB dan kondom sasarannya mencapai 50 persen. Responden yang digunakan pada SKAP - KKBPK 2018 adalah rumah tangga, wanita usia subur 15-49 tahun, keluarga, dan remaja 15-24 tahun.

Dalam wawancara sampel rumah tangga, lanjut Sigit, dengan hasil responden rata-rata 67,561 persen. Jumlah responden wanita usia subur 15-49 tahun yang berhasil diwawancarai sebanyak 60,599 persen.

Jumlah keluarga yang memenuhi syarat dengan respons rata-rata 70,586 persen, keluarga yang berhasil diwawancarai 69,516 persen, dan responden remaja yang berhasil diwawancarai secara lengkap sebanyak 22,211 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya