Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan alasan pemerintah membatalkan rencana lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di pasar perdana domestik. Menurutnya, pembatalan dilakukan kerena penerimaan negara semakin membaik.
"Kan kita sudah menyampaikan bahwa outlook untuk defisit tahun ini antara 1,8 sampai 1,9 persen. Kita lihat dari penerbitan kemaren dan alternatif pembiayaan yang kita miliki sudah mencukupi dari sisi formula, karena penerimaan sudah bagus," ujarnya di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Advertisement
Sri Mulyani mengatakan, dalam situasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang terus membaik, kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia diharapkan positif. Pemerintah akan terus menjaga ekonomi baik sisi fiskal, moneter dan kebijakan.
"Dalam situasi APBN kita baik, tentu ini diharapkan menimbulkan konfiden terhadap perekonomian Indonesia, ekonomi bisa dijaga dari sisi fiskal monetary, policy-nya. Dan dengan core-nya yang semakin baik, maka fundamental yang kuat, kita diharapkan mampu menjaga ekonomi dari ketidakpastian global," jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan membatalkan rencana lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di pasar perdana domestik. Pembatalan SBN tersebut merupakan sisa penawaran 2018. Pembatalan tersebut diputuskan setelah mempertimbangkan outlook pemenuhan target pembiayaan APBN 2018 yang bersumber dari lelang penerbitan SBN.
Sebagaimana dimuat di dalam kalender penerbitan SBN tahun 2018, terdapat empat sisa lelang penerbitan SUN dan SBSN di 2018 yang belum dilaksanakan. Pertama, lelang penerbitan SBSN pada 27 November 2018.
Kedua, lelang penerbitan SUN pada 4 Desember 2018. Ketiga, lelang penerbitan SBSN pada 11 Desember 2018. Kemudian, keempat lelang penerbitan SUN tanggal 18 Desember 2018.
"Dengan ini, Pemerintah menginformasikan bahwa rencana lelang pada empat tanggal tersebut di atas ditiadakan," demikian dikutip dari laman djppr.kemenkeu.go.id, Jakarta, Kamis (22/11).
Sebelumnya, menurut data APBN Kita Oktober 2018, realisasi SBN telah mencapai Rp 343,23 triliun atau sebesar 82,80 persen dari jumlah yang ditetapkan pada APBN. Sehingga pertumbuhan tahunan SBN lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2017 tumbuh sebesar negatif 16,64 persen.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com