Liputan6.com, New Delhi - Kabar baru dari India dan Pakistan. Kedua negara tersebut dilaporkan telah sepakat untuk membangun koridor lintas batas baru guna memungkinkan para umat komunitas minoritas Sikh di India berkunjung ke sebuah kuil suci bersejarah di sisi perbatasan Pakistan.
Para pengamat mengatakan uluran tangan untuk untuk membangun pintu masuk itu dapat membantu mengurangi ketegangan perbatasan sejak lama antara dua negara yang memiliki senjata nuklir tersebut.
Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (23/11/2018), Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi bahwa pemerintahnya telah menyampaikan kepada New Delhi keputusan untuk membuka Koridor Kartarpur.
Baca Juga
Advertisement
Dalam informasi yang disampaikan sehari sebelumnya itu, ia menyebut koridor itu diusulkan dibuka saat perayaan tahun ke 550 kelahiran Guru Nanak, pendiri Sikhisme, tahun depan.
Kementerian Luar Negeri India, dalam sepucuk surat yang dikirim melalui misi diplomatik Pakistan di New Delhi, mengatakan pemerintahnya telah “menghubungi dan mendesak" Pakistan "untuk menanggapi perasaan komunitas Sikh" dan membangun Koridor Kartarpur dengan "fasilitas yang sesuai" supaya mempermudah kunjungan peziarah dari India.
Koridor perbatasan yang diusulkan itu bertujuan untuk menghubungkan tempat suci Sikh di Dera Baba Nanak di India ke Kartarpur Gurdwara atau kuil Kartarpur di kota Narowal, Pakistan. Jaraknya tak sampai tiga kilometer dari perbatasan dengan India dan dianggap sebagai gurdwara pertama yang pernah dibangun.
Tempat ibadah itu juga dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir pendiri Sikhisme tersebut.
Saksikan juga video berikut ini:
India Tuduh Pakistan Sembunyikan Terduga Teroris
Sementara itu, sebelumnya Menteri luar negeri India, Sushma Swaraj, menuduh negara tetangga Pakistan menyembunyikan teroris, dalam sebuah pidato penuh kemarahan pada Sabtu 29 September, di hadapan Sidang Umum PBB.
Menlu Swaraj menolak tudingan bahwa India sedang berupaya mensabotase pembicaraan damai dengan Pakistan, dan menyebutnya sebagai "kebohongan lengkap."
Beberapa jam kemudian, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Minggu 30 September 2018, Pakistan membalas dengan pidatonya sendiri, yang menyatakan bahwa India "lebih menyukai politik daripada perdamaian".
Menlu Swaraj juga menunjukkan fakta bahwa Osama bin Laden telah hidup tenang di Pakistan, sebelum dia ditemukan dan dibunuh oleh tim US Navy SEAL.
Ditambahkan olehnya, bahwa dalang serangan teror di Mumbai pada 2008 silam, di mana 168 orang meninggal, "masih mengembara di jalan-jalan Pakistan tanpa tuntutan hukum".
"Dalam kasus kami, terorisme dibesarkan bukan di beberapa negeri yang jauh, tetapi di seberang perbatasan kami di sebelah barat," kata Menlu Swaraj.
"Keahlian tetangga kami tidak terbatas pada tempat bertelurnya terorisme, tetapi juga ahli dalam upaya menutupi kedengkian dengan kecurangan verbal," lanjutnya.
Di lain pihak, Pakistan membela diri dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak punya cukup bukti, untuk menangkap beberapa orang yang dituduh sebagai teroris oleh India.
Menlu Swaraj dan mitranya di Pakistan, Mahmood Qureshi, seharusnya bertemu di sela-sela Sidang Umum PBB pekan ini.
India membatalkannya hanya satu hari setelah pengumuman jadwal terkait, menyusul pembunuhan seorang penjaga perbatasan India di wilayah Kashmir yang disengketakan.
Advertisement