Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan pesan dari Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Isinya, agar kader dan para calon legislatif PDIP tak terpengaruh berkembangnya narasi politik negatif yang menyerang partai.
"Ibu Megawati dan Pak Jokowi berpesan, meski kita menghadapi fitnah dan ujaran kebencian, kita menghadapi calon pemimpin yang seolah menghalalkan segala cara dengan menakut-nakuti rakyat, tapi PDIP sebagai kekuatan utama Pemerintahan Pak Jokowi, kita tidak boleh berubah. Kita harus bangun kultur positif bagi bangsa Indonesia," ucap Hasto dalam workshop fraksi DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan Tema 'Peran Fraksi PDI Perjuangan Dalam Memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden' di Jakarta, Jumat (23/11).
Advertisement
Hasto meminta semua kader dan caleg yang hadir untuk meniru Jokowi yang selalu berpikir positif. Sebab, dari cara berpikir positif maka lahir tindakan yang positif. Bicara dengan data, rasa, dan cinta. Di depan kadernya, Sekjen beberapa kali menyerang dan menyindir lawan politik mereka yang sangat berbeda dengan perilaku Jokowi.
"Itulah Pak Jokowi. Berbeda dengan yang di sana, mau menunjukkan seolah punya kepedulian terhadap keluarga besar Nahdliyin, melakukan tradisi bangsa Indonesia yang baik dengan datang ke makam pendiri NU, tapi karena tidak berkebudayaan Indonesia, bukannya datang ke makam itu menghormati dan mendoakan, tetapi justru melangkahi makam tersebut," jelas Hasto.
Tidak Bicara Kekuasaan
Dia juga memberi contoh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tidak berbicara soal kekuasaan dalam berpolitik. Tapi mengupayakan yang terbaik, bukan hanya untuk manusianya, tapi lingkungan di sekitar.
"Karena sosok Ibu Megawati yang memerhatikan lingkungan. Politik itu berbicara laut yang bersih, sungai-sungai yang bersih. Misalnya sungai Citarum, sungai Musi adalah peradaban Indonesia. Bagaimana kita membumikan politik dalam keseharian," ucapnya.
Dari situ, Hasto meminta para kader dan caleg tidak lelahnya untuk turun menyapa warga demi memenangkan Pileg dan Pilpres. Lagi-lagi Hasto kembali menyindir lawan politiknya.
"Kalau di pihak sana, menjadi pemimpin direduksi hanya ukuran harga. Ini Pak Sandi kok pintar sekali menafsirkan harga. Pemimpin itu memerlukan tanggung jawab, menjadi pemimpin itu memerlukan kesadaran terhadap kebudayaan kita. Menjadi pemimpin itu tidak boleh mencela, merendahkan rakyat sendiri dengan mengatakan wajahmu Boyolali sehingga kamu tidak pantas berada di tempat ini. Menjadi pemimpin itu tidak boleh menghina profesi tukang ojek, menjadi pemimpin itu harus menggelorakan martabat dan kehormatan rakyat apapun profesinya," ucapnya.
Advertisement