Pengamat: Sebutan Genderuwo dari Jokowi Terlalu Halus untuk Kutuk Politikus

Jokowi menyebut banyak politikus sontoloyo dan genderuwo untuk menggambarkan tidak sehatnya cara yang digunakan mereka dalam berpolitik.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2018, 19:43 WIB
Jokowi saat blusukan masih menggunakan jaket motor (Liputan6.com/Hanz Jimenez)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut banyak politikus sontoloyo dan genderuwo untuk menggambarkan tidak sehatnya cara yang digunakan mereka dalam berpolitik. Pengamat Politik Boni Hargens juga menilai cara berpolitik yang buruk dapat berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan Indonesia.

Oleh karena itu, dia menganggap sebutan sontoloyo dan genderuwo dari Jokowi untuk mengutuk para politikus terlalu halus.

"Makanya yang saya bilang, sontoloyo dan genderuwo terlalu halus lah untuk mengutuk keadaan yang buruk ini," kata Boni di Gado-gado Boplo, Jakarta Selatan, Sabtu (24/11/2018).

Menurut dia, banyak politikus pecundang yang sudah mengambil bahkan merampok hak-hak rakyat Indonesia. Namun, mereka memasang tampang tak berdosa.

"Mereka tiba-tiba jadi orang yang agamis tapi semua perampok, kita tahu semua perampok pembajak negara, mafia di mana-mana," ujar Boni soal pernyataan Jokowi terkait sontoloyo dan genderuwo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kotori Demokrasi

Boni Hargens. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, dia menyindir pihak-pihak yang dengan sengaja memainkan isu agama pada Pilpres dan Pemilu 2019. Dia menganggap, cara-cara tersebut sudah mengotori nilai-nilai demokrasi Indonesia.

"Tiba-tiba hanya mau menang pemilu pakai simbol seolah semua orang saleh, dan mulai menuduh kiri kanan, ini Jokowi anti-Islam ini itu, ya politik ini jadi tidak sehat," ucap Boni.

"Ya siapapun posisi lawan mereka pasti digitukan, kalaupun lawan mereka bukan Jokowi, mau kambing pasti akan digitukan, artinya yang salah itu sistem berpikirnya, cara berpikir dari politisi ini," sambung Boni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya