Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Selasa, 25 November 2018, Indonesia memperingati hari guru. Di dunia sepak bola, ada sosok yang bisa disebut sebagai guru, yakni Emral Abus.
Emral merupakan salah satu instruktur pelatih sepak bola terbaik di Indonesia. Uncu--begitu panggilannya (dalam bahasa Minang berarti Paman)--ikut membidani sejumlah arsitek yang kini sudah malang melintang di kancah sepakbola nasional, mulai dari klub hingga tim nasional.
Baca Juga
Advertisement
Bersama Satya Bagja, Emral mengantongi lisensi A AFC dan menjadi instruktur pelatih di Indonesia. Sederet nama pelatih ternama di Indonesia pernah mendapat ilmunya.
Aji Santoso, Salahuddin, Jafri Sastra, Kashartadi, Wolfgang Pikal (eks-asisten pelatih Timnas Indonesia), dan pelatih Persebaya Surabaya saat ini, Djadjang Nurdjaman merupakan segelintir pelatih hasil tempaan Emral.
Kendati demikian, Emral selalu menolak bila dirinya disebut sebagai guru di dunia sepak bola. Pria kelahiran 20 Desember 1958 yang juga berprofesi sebagai Dosen olahraga di Universitas Negeri Padang ini merendah soal julukan itu.
"Saya hanya melakukan tugas, karena sering diminta sebagai tenaga pendidik di PSSI," kata Emral, kala itu.
Tak hanya itu, Uncu juga merupakan koordinator instruktur pelatih di Indonesia menyandang peran sebagi guru di level grassroot FIFA.
Pernah Latih Persib Bandung
Pada 2015, Emral pernah melatih Persib Bandung. Tentunya, itu menjadi kesempatan pertamanya melatih klub profesional di Indonesia. Sebelumnya, dia hanya menjadi direktur teknik PSPS Pekanbaru pada 2005.
Saat itu, Emral menjadi pelatih Persib untuk tampil di Piala AFC 2015. Itu terjadi, Djadjang Nurdjaman, pelatih Persib, tidak punya lisensi kepelatihan A AFC.
Sejak saat itu, nama Emral pun mulai dikenal. Tapi kiprahnya bersama Maung Bandung kala itu tak berlangsung lama. Setelah Persib tersingkir dari Piala AFC, sosok Emral pun kembali menghilang dari peredaran.
Hingga pertengahan tahun 2017, Emral akhirnya kembali melatih, Persib menjadi tim yang kembali ia tukangi. Emral datang ke Bandung untuk menggantikan posisi Djadjang Nurdjaman yang memutuskan mundur menjelang putaran pertama Liga 1 berakhir.
Advertisement
Lebih Suka Jadi Instruktur
Selama ini, Emral sendiri tidak banyak berkecimpung sebagai pelatih. Dia lebih suka menjadi instruktur. PSPS Pekanbaru (2001 dan 2005) dan PSDS Deli Serdang (2003) tercatat pernah merasakan racikan Emral.
"Sejak 2008 saya sudah tidak melatih lagi, karena fokus menjadi instruktur. Saya rasa itu lebih cocok buat saya, karena pada dasarnya, saya seorang guru daripada pelatih," kata mantan penasehat teknik tim sepakbola Sumbar di PON Remaja 2014 Surabaya.
Saksikan video pilihan berikut ini: