Liputan6.com, Stockport: Bukan hal yang aneh apabila seorang pemain pesepakbola profesional di kancah Liga Premier Inggris mempunyai kesenangan bertaruh atau berjudi. Sebagai contoh, winger Stoke City Matthew Etherington yang mengaku kerap berjudi di arena pacuan anjing, kuda, dan poker. Etherington pun terjerat utang yang jumlahnya terbilang luar biasa, mencapai 1,5 juta pound atau sekitar Rp 22 miliar.
Keranjingan akan judi juga menular pada mantan gelandang bertahan Liverpool dan Timnas Jerman, Dietmar Hamann. Dalam otobiografinya yang berjudul, “The Didi Man: My Love Affair with Liverpool”, yang rencananya akan dirilis ke depan publik pada 2 Februari mendatang, Didi, begitu panggilan akrab Hamann, mengakui jika dalam satu kali taruhan ia sempat merugi (kalah) lebih dari 288 ribu pound atau sekitar Rp 4 miliar!
Hamann mengaku senang kriket. “Saya sangat tertarik dengan kriket. Jika ada pertandingan di belahan dunia, biasanya saya tetap terbangun dan menontonnya. Sebab, saya gak bisa tidur. Satu malam, ketika Australia bermain di Afrika Selatanm, Australia kalah 237. Skor yang sampai sekarang pun tetap saya ingat. Sebab, saat itu saya kalah taruhan sampai 288.400 pound!” tegas Hamann.
Setelah tujuh musim tinggal di Anfield Stadium, Hamann mengakui dirinya sempat berada dalam masa “kegelapan”. Perkawinannya kandas. Kedua anaknya dibawa istrinya kembali ke Jerman. Hamann pun dibelit imsonia. Di akhir musim memperkuat Manchester City, Hamann sering mabuk-mabukan. Hamann pun sempat ditangkap pihak kepolisian karena mengendarai mobil sembari mabuk.
Di saat keranjingan judinya pada taruhan kriket kian parah, mantan bek Bayern Muenchen yang kini berusia 38 tahun itu menemukan secercah harapan. “Kejadiannya pas malam dimana (tim kriket) Australia menelan kekalahan. Saya bertaruh 2.800 pound untuk 340 putaran. Artinya, jika setiap putaran (mereka mencetak skor) di atas 340, maka saya untung 2.800 pound. Namun, sebaliknya, jika skornya di bawah 340, maka saya rugi dengan jumlah yang sama,” terangnya.
Lalu? “Di akhir malam, saya merasa seperti terlucuti. Keesokan harinya saya becermin di depan kaca. Saya pun tak sadar berkata kepada diri saya sendiri. Semua ini harus diakhiri, Didi,” tambah Hamann. Kehidupan Hamann pun berubah. Setelah meninggalkan City, Hamann mengambil cuti dari lapangan hijau selama setahun.
Di musim panas 2010, Hamann bergabung dengan klub Milton Keynes Dons sebagai pemain dan pelatih. Setahun kemudian, tepatnya 3 Februari 2011, Hamann hengkang ke Leicester City guna menjadi asisten Sven-Goran Eriksson. Terakhir, selama lima bulan, Juli-November 2011, Hamann menangani klub Conference National, Stockport County.(MEG/Mirror)
Keranjingan akan judi juga menular pada mantan gelandang bertahan Liverpool dan Timnas Jerman, Dietmar Hamann. Dalam otobiografinya yang berjudul, “The Didi Man: My Love Affair with Liverpool”, yang rencananya akan dirilis ke depan publik pada 2 Februari mendatang, Didi, begitu panggilan akrab Hamann, mengakui jika dalam satu kali taruhan ia sempat merugi (kalah) lebih dari 288 ribu pound atau sekitar Rp 4 miliar!
Hamann mengaku senang kriket. “Saya sangat tertarik dengan kriket. Jika ada pertandingan di belahan dunia, biasanya saya tetap terbangun dan menontonnya. Sebab, saya gak bisa tidur. Satu malam, ketika Australia bermain di Afrika Selatanm, Australia kalah 237. Skor yang sampai sekarang pun tetap saya ingat. Sebab, saat itu saya kalah taruhan sampai 288.400 pound!” tegas Hamann.
Setelah tujuh musim tinggal di Anfield Stadium, Hamann mengakui dirinya sempat berada dalam masa “kegelapan”. Perkawinannya kandas. Kedua anaknya dibawa istrinya kembali ke Jerman. Hamann pun dibelit imsonia. Di akhir musim memperkuat Manchester City, Hamann sering mabuk-mabukan. Hamann pun sempat ditangkap pihak kepolisian karena mengendarai mobil sembari mabuk.
Di saat keranjingan judinya pada taruhan kriket kian parah, mantan bek Bayern Muenchen yang kini berusia 38 tahun itu menemukan secercah harapan. “Kejadiannya pas malam dimana (tim kriket) Australia menelan kekalahan. Saya bertaruh 2.800 pound untuk 340 putaran. Artinya, jika setiap putaran (mereka mencetak skor) di atas 340, maka saya untung 2.800 pound. Namun, sebaliknya, jika skornya di bawah 340, maka saya rugi dengan jumlah yang sama,” terangnya.
Lalu? “Di akhir malam, saya merasa seperti terlucuti. Keesokan harinya saya becermin di depan kaca. Saya pun tak sadar berkata kepada diri saya sendiri. Semua ini harus diakhiri, Didi,” tambah Hamann. Kehidupan Hamann pun berubah. Setelah meninggalkan City, Hamann mengambil cuti dari lapangan hijau selama setahun.
Di musim panas 2010, Hamann bergabung dengan klub Milton Keynes Dons sebagai pemain dan pelatih. Setahun kemudian, tepatnya 3 Februari 2011, Hamann hengkang ke Leicester City guna menjadi asisten Sven-Goran Eriksson. Terakhir, selama lima bulan, Juli-November 2011, Hamann menangani klub Conference National, Stockport County.(MEG/Mirror)