Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution membuka musyawarah nasional (Munas) Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) ke VIII, di Jakarta. Dalam sambutannya, Darmin menginginkan agar industri panel kayu di Indonesia dapat kembali berkembang.
"Jadi saya datang memang mau memberi semangat memberi dukungan ayo kita hidupkan lagi, memang dan kita terus terang perlu selasaikan tidak hanya produksi tapi ekspor," kata Menko Darmin dalam Munas VIII APKINDO, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Darmin meyakini sektor industri panel kayu dapat kembali merebut kejayaan seperti beberapa tahun lalu. Sebab, potensi kekayaan sumber daya alam di Indonesia sendiri masih melimpah sehingga ini bisa mendukung industri sektor perkayuan.
Baca Juga
Advertisement
"Percayalah bahwa kita punya. Mustahil kita tidak punya kelebihan itu. Kita bisa," imbunya.
Di sisi lain, dalam mendukung industri panel kayu, Darmin juga menginginkan sumber bahan baku bagi industri kayu lapis ke depan adalah melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). Tentu saja ini tanpa mengesampingkan sumber bahan baku yang ada seperti dari hutan alam produksi, hutan rakyat dan perkebunan.
"Ada beberapa, artinya yang pertama kita tentu saja ingin supaya, jangan kemudian menambah juga, hal-hal yang menjadi perdebatan lebih baik dikembangkan melalui HTI. Jadi nanti, nanam sendiri. Ya kalau nebangin kayu di hutan ribut lagi. Memang persoalan HTI itu masih ada yang harus kita selesaikan, tapi nanti kita selesaikan," bebernya.
Selain itu, pemanfaatan hutan tanam rakyat (HTR) juga bisa menjadi solusi dalam menggalakan kembali produksi industri kayu panel di Indoensia.
"Artinya di timur ada lagi pohon kelapa, itu saja kita kerjakan HTI dan HTR, kalau peremajaan karet itu enggak akan berhenti berhenti kayunya. Kita pasti punya keunggulan di situ dan pasti modalnya enggak mahal-mahal," jelas Darmin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Belum Kembali ke Masa Keemasan
Sementara itu, Ketua Umum APKINDO Martias mengakui saat ini memang kondisi industri kayu lapis belum bisa kembali ke masa keemasannya. Sebab pada 2018 saja, ekspor kayu lapis diperkirakan tinggal sekitar tiga juta meter kubik dengan nilai USD 1,9 miliar.
"Jika dibandingkan dengan masa keemasannya maka turun 45 persen dari sisi nilai dan turun 63 persen dari sisi volume," kata Martias.
Martias membeberkan, industri kayu lapis menjadi primadona ekspor non migas pada 1987-1997 dengan konntribusi devisa rata-rata mencapai USD3,4 miliar per tahun dengan volume ekspor rata-rata sebesar 8,4 juta meter kubik per tahun.
"Oleh karena itu, melalui Munas VIII APKINDO, dapat dijadikan momentum untuk mengembalikan masa kejayaan industri kayu lapis di Indonesia," pungkasnya.
Advertisement