Liputan6.com, Jakarta – Salah satu penemuan terbesar dalam sejarah umat manusia adalah lift. Dengan alat ini, kita bisa menjangkau lantai tertinggi sebuah gedung dengan waktu yang singkat, tanpa membuang banyak energi dan waktu.
Bayangkan kalau kita harus mengunakan tangga untuk naik ke lantai 50 misalnya, tentu butuh banyak energi. Kalau menggunakan tangga jalan tak akan terlalu lelah tapi butuh waktu yang tidak sebentar. Tak hanya memikirkan struktur konstruksinya, ternyata penemu lift Elisha Graves Otis juga memikirkan efek psikologis penumpangnya.
Baca Juga
Advertisement
Saat pertama kali diuji coba, penumpang yang berada di dalam lift tak bisa memandang apapun saat menunggu sampai di lantai tujuan. Pada kasus lain, beberapa orang yang ikut dalam uji coba mengungkapkan kecemasan dan ketakutannya saat menaiki lift.
Mereka hanya khawatir dan takut jatuh dari lift yang hanya disokong oleh kabel. Jadi bukan hanya faktor teknis, faktor psikologis juga harus dipertimbangkan. Seperti dilansir dari gantec.com, 22 November 2018, untuk meredam ketakutan itu, dipasanglah cermin, seperti yang ditemukan pada kebanyakan lift masa kini.
Tujuan pemasangan cermin adalah untuk mengalihkan perhatian dan pikiran pengguna lift. Dengan cermin, para pengguna lift bisa berkegiatan sedikit seperti menata rambut, merapikan baju, menambahkan makeup, atau selfie.
Cermin diyakini bisa membantu mengurangi perasaan claustrophobia yaitu merasa takut saat berada di ruang tertutup. Para psikolog meyakini kalau tujuan dari adanya cermin adalah lebih kepada aspek psikologi daripada aspek mekaniknya.
Mereka yang berada di dalam lift merasa pergerakan lift sangat lamban padahal kecepatannya normal saja. Jadi saat Anda berada di dalam lift dan menemukan diri Anda sedang menata rambut, ingatlah bahwa Anda telah jatuh ke dalam permainan psikologi perusahaan pembuat lift.
Saksikan video pilihan di bawah ini: