Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution akan segera menyerahkan rancangan atau draft Daftar Negatif Investasi (DNI) ke Presiden. Draft tersebut, paling lambat akan diajukan dalam waktu dekat ini.
"Akhir minggu ini akan kami naikkan ke presiden," kata Menko Darmin saat ditemui di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
Darmin menyampaikan sebelum diajukan ke presiden, pihaknya akan bertemu kembali dengan para pengusaha untuk mensosialisasi paket kebijakan tersebut. Hal itu, akan disampaikannya pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang di gelar di Solo.
"Saya besok juga ke Solo. (target Perpres DNI) Minggu ini juga kita selesaikan," kata Darmin.
Sebelumnya, Ketua Badan Otonom Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Ajib Hamdani menolak relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang disampaikan pemerintah beberapa waktu lalu karena dianggap kurang menarik investasi.
Berkaca dari pengalaman 2016, pemerintah seharusnya tidak merelaksasi DNI tetapi harus merelaksasi investasi.
"Yang kami sepakat adalah relaksasi investasi jadi bukan DNI nya. Itu pada 2016 DNI pernah di buka tapi tidak efektif karena dari 23 yang dibuka, 17 tidak ada yang masuk. Artinya relaksasi DNI cenderung kurang efektif menarik investasi," ujarnya pada Kamis kemarin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tax Holiday
Ajib mengatakan, kajian paket kebijakan ekonomi XVI yang mengatur Devisa Hasil Ekspor (DHE), perluasan tax holiday dan relaksasi DNI sebenarnya memiliki semangat yang positif untuk menarik investasi. Namun khusus DNI, cukup menimbulkan keresahan karena tidak memiliki alur yang jelas.
"Gini paket kebijakan XVI ini bagus karena spirit yang dibangun menarik investasi, karena tidak mungkin tutup CAD kita dari selisih jasa dan barang karena selisih ekspor dan impor luar biasa besar. Kita mau jualan apapun hilir kita belum bagus nilai tambah belum bagus cost ekonomi masih tinggi ketika produksi," jelasnya.
"Cara yang paling cepat mendatangkan investasi, pertanyaan selanjutnya ini relevan tidak? alurnya harus jelas, bukan menolak tapi yang kami kritisi relaksasi ini relevan tidak dengan komitmen tujuan menarik investasi. Bagaimana relaksasi DNI, kritisi satu per satu kalo mau tunda atau enggak itu domain kementerian. Kalau diterima kami bergandengan tangan dengan pemerintah kalau tidak ya kami berdiri sendiri," sambungnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement