Liputan6.com, Jakarta Siapa bilang anak pasti pilih orangtua tetap bersatu bukan bercerai. Faktanya, sebagian besar anak-anak memilih orangtua untuk bercerai daripada tetap bersatu dalam pernikahan yang penuh pertengkaran dan ketidakbahagiaan.
Organisasi hukum keluarga, Resolution, melakukan studi terhadap anak muda usia 14-22 tahun yang memiliki kehidupan keluarga tak menyenangkan. Hasilnya, sekitar 82 persen partisipan memilih orangtua lebih baik bercerai bila kehidupan pernikahan tak bahagia.
Advertisement
"Kami akan segera menyadari, nantinya, bahwa itu (bercerai) keputusan yang terbaik," kata sebagian dari partisipan dalam survei yang dilakukan pada 2015 seperti dilansir laman The Guardian, Selasa (27/11/2018).
Dalam survei tersebut, partispan pun bisa memberikan saran kepada orangtua yang bercerai. Salah satunya ada yang mengatakan, "Jangan bertahan karena anak, lebih baik bercerai daripada terus bersama."
Saat sudah bercerai, para partisipan ini pun meminta agar orangtua tidak memaksa anak untuk memilih tinggal bersama siapa.
Saksikan juga video menarik berikut
Efek anak terpapar konflik
Melihat hasil studi ini Kepala Resolution, Jo Edward mengatakan bahwa hasil survei ini jauh dari mitos yang selama ini berkembang. Banyak anak memilih orangtua lebih baik bercerai daripada bersatu dalam ketidakbahagiaan.
"Terpapar terus menerus dalam konflik keluarga dan ketidakjelasan masa depan adalah hal yang bisa merusak perkembangan anak. Maka dari itu , penting sekali orangtua bertanggung jawab dan mengambil tindakan tepat terkait hal ini," kata Edward.
Konselor hubungan, Denise Knowles mengaungkapkan bahwa yang paling ideal memang anak tumbuh dalam keluarga yang harmonis. Namun, bila anak terus mendengar ayah dan ibunya bertengkar terus bisa membuat dampak buruk bagi tumbuh kembangnya.
Advertisement