Liputan6.com, Mountain View - Google sepertinya belum selesai membeli properti baru. Uang sebesar USD 1 miliar atau setara Rp 14,4 triliun (USD 1 = Rp 14.494) digelontorkan oleh perusahaan demi mendapat area perkantoran di dekat markasnya.
Dilansir CNBC, area perkantoran (office park) masih berada dekat markas Google di Mountain View, California. Perkantoran tersebut sebetulnya sudah disewa Google.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pihak Google pernah menyebut bahwa mereka lebih suka membeli ketika ada peluang. "Kami lebih suka memiliki ketimbang menyewa real estate ketika kami melihat peluang yang bagus," ujar CFO Google Ruth Porat.
Dalam dua tahun ini, Google tercatat telah mengeluarkan USD 2,8 miliar (Rp 40,5 triliun) di daerah Silicon Valley, yakni Mountain View, Sunnyvale, dan San Jose.
Awal bulan ini saja, Google sudah membayar USD 110 juta (Rp 1,5 triliun) untuk lahan seluas 10,5 acre (20,9 hektare) di San Jose. Transaksi tersebut masih menunggu keputusan Dewan Kota San Jose pada Desember nanti.
Di luar Silicon valley pun Google sedang gencar melakukan pembelian properti. Seperti pada Maret lalu lalu, Google mengeluarkan USD 2,4 miliar (Rp 34,7 triliun) untuk kantor di Chelsea Market, New York.
Sama seperti pembelian kali ini, kantor baru Google di Big Apple, juga masih berdekatan dengan markas mereka di 111 Eight Avenue, yang merupakan salah satu gedung tertinggi di New York.
Ekonomi Digital Indonesia Akan Memimpin di ASEAN
Google dan Temasek merilis laporan penelitian baru bertajuk e-Conomy SEA. Laporan itu meneliti empat sektor ekonomi digital, online travel, media, transportasi, dan e-Commerce di Asia Tenggara.
Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam masuk sebagai negara yang diteliti. Hasilnya adalah Indonesia menjadi negara yang paling potensial dalam pertumbuhan ekonomi digital.
Indonesia diprediksi menguasai hampir setengah dari total nilai ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2025 yang mencapai USD 240 miliar atau Rp 3.499 triliun (USD 1 = 14.582). Totalnya, nilai ekonomi digital di Indonesia akan mencapai USD 100 miliar (Rp 1.458 triliun), jauh di atas Vietnam, walau saat ini negara itu memiliki pertumbuhan ekonomi digital yang dijuluki bagaikan naga.
"Ekonomi internet Indonesia, yang pertumbuhannya terbesar dan tercepat di regional itu, mencapai USD 27 miliar pada 2018 dan disiapkan tumbuh menjadi USD 100 miliar pada 2025," tulis laporan itu yang menambahkan setiap USD 10 yang dibelanjakan di sektor ekonomi digital di ASEAN, USD 4 berasal dari Indonesia.
Tiga e-commerce seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia disebut memiliki peran kritis dalam pertumbuhan sektor ekonomi digital. Pasalnya, banyak pembeli memilih e-commerce karena mereka berasal dari daerah di luar kota metropolitan.
Pada 2025, Indonesia juga diproyeksikan mencapai pertumbuhan tertinggi di tiga pasar sub-sektor ekonomi digital: layanan media online (gim, streaming, iklan) naik 30 persen menjadi USD 8 miliar (Rp 116 triliun); layanan online travel mencapai USD 25 miliar (Rp 364 triliun); dan transportasi online dan pengantaran makanan mencapai USD 14 miliar (Rp 204 triliun).
Laporan itu menjelaskan, internet cepat dan terjangkau merupakan pemicu dari pertumbuhan ekonomi digital. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pentingnya bermitra dengan pemain ekonomi tradisional seperti bank, perusahaan asuransi, universitas, dan institusi medis untuk menyediakan layanan online yang lebih terpercaya di bidang digital yang belum terlalu terjamah di ASEAN seperti layanan finansial, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Advertisement